SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Aliran keluar dana asing dari pasar saham Indonesia makin menjadi perhatian serius. Sejak awal tahun hingga perdagangan Selasa (18/3/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah mencatatkan tekanan jual asing sebesar Rp29,41 triliun. Angka ini bahkan telah melampaui total capital outflow sepanjang 2024 yang mencapai Rp28,72 triliun.
Tren keluarnya dana asing terus berlanjut, dengan hanya empat kali net buy sejak Februari, itupun dengan nilai yang relatif kecil. Beberapa analis menilai tekanan terhadap IHSG dipicu oleh keputusan Morgan Stanley dan Goldman Sachs yang menurunkan peringkat pasar saham Indonesia.
“Penurunan peringkat ini mencerminkan kekhawatiran investor global terhadap prospek ekonomi Indonesia dan valuasi pasar saham yang dianggap kurang menarik,” ujar seorang analis pasar modal.
Goldman Sachs Turunkan Peringkat Saham Indonesia
Pekan lalu, Goldman Sachs, bank investasi global yang berbasis di New York, menurunkan peringkat dan rekomendasi terhadap aset keuangan di Indonesia. Hal ini terjadi akibat kekhawatiran meningkatnya risiko fiskal terkait kebijakan Presiden Prabowo Subianto.
Goldman Sachs menurunkan peringkat saham Indonesia dari overweight menjadi market weight. Selain itu, rekomendasi atas surat utang yang diterbitkan BUMN dengan tenor 10 hingga 20 tahun juga dipangkas menjadi netral. Sebelumnya, surat utang BUMN menjadi salah satu aset yang paling diminati manajer investasi global.
Akibat keputusan ini, aksi jual asing semakin deras. Dalam sepekan terakhir, asing mencatatkan net sell sebesar Rp3,12 triliun, dalam sebulan mencapai Rp13,7 triliun, dan jika ditarik lebih jauh, dalam enam bulan terakhir mencapai Rp57,8 triliun.
IHSG Anjlok 6,12%, Perdagangan Sempat Dihentikan
Dampak dari sentimen negatif ini sangat terasa di bursa saham domestik. Pada perdagangan Selasa (18/3/2025), IHSG terjun bebas hingga 6,12% ke level 6.076,08. Bursa Efek Indonesia (BEI) bahkan terpaksa menghentikan perdagangan selama 30 menit menjelang akhir sesi pertama akibat volatilitas yang ekstrem.
Sebanyak 650 saham tercatat mengalami penurunan, sementara hanya 73 saham yang menguat dan 234 saham stagnan. Nilai transaksi mencapai Rp10,21 triliun dengan volume perdagangan sebesar 15,87 miliar saham dalam 887 ribu transaksi.
Penyebab IHSG Terpuruk
Beberapa faktor utama yang menyebabkan kejatuhan IHSG antara lain:
- Perlambatan Ekonomi Domestik
“Perlambatan ekonomi semakin terasa, tercermin dari turunnya penerimaan pajak yang menunjukkan lemahnya aktivitas bisnis,” ujar Head of Equity Trading Mitra Andalan Sekuritas, Arwendy Rinaldi Moechtar.
- Ketidakpastian Regulasi dan Kebijakan Fiskal
“Beberapa kebijakan pemerintah meningkatkan risiko fiskal, sehingga investor asing memilih menarik dana mereka,” tambahnya.
- Rumor Mundurnya Sri Mulyani
“Isu mengenai kemungkinan Menteri Keuangan Sri Mulyani akan mundur turut memicu gejolak pasar,” ungkap Research Analyst Infovesta Kapital Advisori, Arjun Ajwani.
- Daya Beli Masyarakat Melemah
“Deflasi tahunan pada Februari 2025 adalah yang terparah dalam 25 tahun terakhir. Ini menunjukkan daya beli masyarakat yang melemah dan berdampak pada sektor usaha,” kata Analis Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta.
Respons Pemerintah dan Otoritas Keuangan
Pelaku pasar kini menantikan langkah-langkah strategis dari pemerintah dan otoritas keuangan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dijadwalkan menggelar konferensi pers untuk membahas guncangan di pasar serta kemungkinan revisi mekanisme trading halt.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) juga akan memberikan pernyataan terkait kebijakan moneter terbaru serta pandangannya terhadap kondisi ekonomi saat ini.
Kesimpulan
IHSG tengah menghadapi tekanan besar akibat keluarnya dana asing dalam jumlah masif, penurunan peringkat oleh lembaga keuangan global, serta faktor domestik yang memperburuk sentimen pasar. Investor kini menantikan kebijakan strategis dari pemerintah dan regulator untuk mengembalikan kepercayaan di pasar modal Indonesia.
Apakah kebijakan terbaru akan mampu menahan arus keluar dana asing dan memulihkan IHSG? Kita tunggu perkembangan selanjutnya.
(Anton)