SUARAINDONEWS.COM, JAKARTA – Anggota Panitia Kerja (Panja) Pengawasan Distribusi Pupuk Bersubsidi Komisi IV DPR RI, Alien Mus, menyampaikan apresiasi terhadap penggunaan aplikasi Distributor Management System (DIMAS) yang diluncurkan oleh PT Pupuk Indonesia. Menurutnya, digitalisasi ini terbukti membantu proses distribusi pupuk bersubsidi agar tepat sasaran hingga ke tingkat petani dan kelompok tani (Gapoktan).
“Kita sudah mengunjungi salah satu distributor, dan walaupun distributor yang mendapatkan izin (usianya) sudah tua tapi dengan penggunaan aplikasi ini dibantu oleh anaknya (sehingga) sangat membantu mereka untuk mengetahui jumlah pupuk yang mereka dapatkan di kampungnya mereka, di kecamatan mereka, dan juga mereka sudah mengetahui kelompok-kelompok petani mana saja yang bisa mendapatkan pupuk bersubsidi. Jadi ini sangat membantu sekali untuk aplikasi distributor management system yang diadakan oleh Pupuk Indonesia,” ujar Alien kepada Parlementaria di Palembang, Jumat (11/07/2025) kemarin.
Aplikasi DIMAS disebut mampu memperbaiki tata kelola distribusi pupuk yang selama ini kerap menjadi polemik, khususnya terkait kelangkaan dan mahalnya harga pupuk subsidi. Alien menekankan bahwa persoalan muncul karena ketidakseimbangan antara kebutuhan pupuk dengan alokasi pemerintah melalui skema e-RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok).
“Misalkan yang di e-RDKK itu yang dibutuhkan sekitar 36 juta ton, tetapi yang bisa diberikan oleh Pemerintah dalam beberapa tahun terakhir itu hanya 6-7 juta ton. Jadi dengan adanya sistem ini betul-betul pupuk yang diberikan kepada petani itu tepat sasaran dan sudah didata by address by name, dan juga mereka memiliki lahan yang ada di persawahan atau di perkebunan dan lainnya yang membutuhkan pupuk subsidi,” jelas politisi Fraksi Partai Golkar ini.
Lebih jauh, Alien Mus juga menyinggung soal ketahanan pangan nasional. Ia menegaskan bahwa Indonesia memiliki 12 komoditas utama yang harus dijaga keberlangsungannya, khususnya beras, jagung, dan gula. Tiga komoditas ini menurutnya sangat strategis dalam mewujudkan swasembada pangan secara nasional.
“Alhamdulillah di tahun 2025 ini kita cadangan beras kita ada 4,3 juta ton dan di situ ada satu 1,7 juta ton sisa impor tahun sebelumnya. Insya Allah di tahun 2025 ini tidak ada impor beras. Indonesia sudah bisa swasembada beras, pada intinya seperti itu,” tutupnya.
Pernyataan Alien Mus menjadi catatan penting dalam penguatan pengawasan distribusi pupuk bersubsidi. Digitalisasi melalui aplikasi DIMAS tidak hanya menjawab permasalahan klasik pupuk yang tak kunjung tuntas, tetapi juga membuka ruang efisiensi dalam pemetaan kebutuhan petani berbasis data.
Dengan cadangan beras nasional yang meningkat dan target swasembada yang makin nyata, dorongan agar sektor pertanian sepenuhnya masuk ke sistem berbasis teknologi digital menjadi keharusan yang tak bisa ditunda.
EK | Foto: Humas DPR RI