SUARAINDONEWS.COM, Bali-Semua stakeholder pendidikan baik murid, guru, kepala sekolah, tenaga pendidikan, orang tua, dinas pendidikan, dan masyarakat dapat mengambil peran dalam menyukseskan Kampanye Sekolah Sehat. Salah satunya melalui Festival Permainan Tradisional.
Harapan ini disampaikan oleh Direktur Sekolah Dasar, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Republik Indonesia, Muhammad Hasbi dalam acara Festival Permainan Tradisional di Balai Penjamin Mutu Pendidikan (BPMP), Provinsi Bali, di Denpasar, Rabu (7/6/2023).
Dikatakannya, permainan tradisional perlu digalakkan agar anak-anak antusias dan terbiasa melakukan aktifitas fisik. Hal ini menjadi salah satu fokus kampanye sehat yang telah diluncurkan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim sejak Agustus 2022.
Adapun tiga fokus utama dalam kampanye sekolah sehat yaitu sehat bergizi, sehat fisik, dan sehat imunisasi. Untuk itu menurut Hasbi, semua stakeholder pendidikan baik murid, guru, kepala sekolah, tenaga pendidikan, orangtua, hingga mitra swasta serta organisasi nirlaba dapat mengambil peran dalam menyukseskan kampanye sekolah sehat. Salah satunya melalui
Festival Permainan Tradisional. Enam permainan yang dikompetisikan antara lain Sepit-sepitan, Congklak, Engklek, Bola Bekel, Deduplak dan Bakiak.
“Murid yang sehat dapat meningkatkan daya konsentrasinya dalam belajar. Stakeholder pendidikan yang sehat berpengaruh pada kinerja dalam membantu peningkatan kulitas pembelajaran,” ungkap Direktur Sekolah Dasar.
Selain untuk menjaga kesehatan peserta anak didik, menurutnya, festival permainan tradisional juga dapat melestarikan budaya permainan rakyat yang saat ini sudah hampir punah serta meningkatkan persaudaraan, kebersamaan, dan kebhinekaan antar sesama peserta didik.
“Indonesia sangat kaya dengan permainan dan olahraga tradisional. Namun seiring berkembangnya teknologi yang juga menyajikan berbagai permainan dan hiburan berbasis digital, telah menjauhkan anak-anak dari permainan tradisional. Hal ini merupakan kondisi yang memprihatinkan, mengingat permainan dan olahraga tradisional selain bermanfaat sebagai aktivitas fisik juga bermanfaat dalam pembentukan karakter peserta didik,” jelas Hasbi.
Contoh, ujarnya, permainan Sepit-sepitan yang terkenal di kalangan masyarakat Bali. Permainan yang berupa memindahkan bola dengan capit kayu, yang mengajarkan kejujuran, sportivitas, dan kerja keras.
Begitu juga dengan Deduplak, merupakan permainan tradisional Bali yang tercatat dalam Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) pada tahun 2017. Permainan tradisional yang sangat sederhana ini bertujuan untuk membentuk dan membina watak melalui bermain.
Menurut Hasbi, kedua permainan tersebut, saat ini sudah hampir jarang terlihat dan dimainkan oleh anak-anak di Bali.”Menggalakkan kembali permainan tradisional dapat menjadi alternatif untuk mengalihkan anak dari penggunaan gadget yang berlebihan, dan sekaligus sebagai upaya melestarikan permainan tradisional,” kata Muhammad Hasbi.
Dalan penyelenggaraan kegiatan ini, Kemendikbudristek bekerjasama dengan Komite Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional (KPOTI) yang mengatur jalannya permainan. Selain Festival Permainan Tradisional, dalam acara ini diselenggarakan juga Seminar Sehat Bergizi dengan tema “Gizi Baikku Cermin Masa depanku”. (Ahmad Djunaedi)