SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga menjelaskan, keketuaan Indonesia di G20 pada 2022 merupakan momentum berharga, bukan hanya sebatas seremonial.
Melalui forum strategis tersebut, Indonesia dapat menyuarakan agenda prioritas nasional dan kepentingan negara berkembang. Menuju momen tersebut, Indonesia mendorong pembahasan isu ketahanan rantai nilai global (global value chains/GVCs).
Hal ini diungkapkan pada sambutannya dalam Diskusi Grup Terarah (FGD) “Reliable Global Value Chains for Building Back Better” yang diselenggarakan pada Rabu (7/4/2021), di Hotel Novotel Bogor Golf esort and Convention Center, Bogor, Jawa Barat.
“Forum G20 merupakan forum strategis bagi Indonesia untuk menyuarakan agenda prioritas nasional dan kepentingan negara berkembang. Diperlukan common understanding antara negara anggota G20 dalam menciptakan rantai nilai global yang memberikan manfaat dan meningkatkan partisipasi industri nasional, khususnya dalam konteks pemulihan ekonomi nasional dan global,” ungkap Wamendag Jerry.
Wamendag Jerry juga menegaskan pentingnya konsistensi narasi dan praktik perdagangan global yang terbuka, bebas, dan adil. Dengan kata lain, seluruh negara dapat berpartisipasi dalam rantai nilai global. Isu lain yang perlu menjadi perhatian adalah regulasi mengenai ekonomi digital yang perlu diterjemahkan secara lebih komprehensif.
Sementara itu, Staf Ahli Menteri Perdagangan Bidang Hubungan Internasional Arlinda yang turut menghadiri diskusi menekankan pentingnya isu rantai nilai global sebagai daya ungkit pemulihan ekonomi global pascakrisis pandemi.
“Forum G20 diharapkan menjadi koordinator kebijakan di masa pandemi. Keketuaan Indonesia perlu menyusun komitmen perdagangan dan investasi sebagai penggerak rantai nilai global yang elastis terhadap disrupsi. Salah satunya dapat didorong pembahasan yang lebih nyata pada arah penguatan rantai nilai global yang inklusif terhadap partisipasi UMKM atau perubahan struktur yang mengedepankan aspek keberlanjutan,” imbuh Arlinda.
Diskusi ini menghadirkan sejumlah narasumber, yaitu Kepala Pusat Pengkajian Perdagangan Internasional Kemendag Reza Pahlevi Chairul, Kepala Departemen Ekonomi Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri, Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Mohamad Dian Revindo,serta Analis Senior Asia-Pacific Economic Cooperation Policy Support Unit (APEC PSU) Akhmad Bayhaqi.
Kapuska PPI Reza dan Analis Akhmad turut menyoroti topik Reliable GVCs. Keduanya menggarisbawahi bahwa kunci pembangunan rantai nilai global yang berdaya tahan tinggi adalah konektivitas dan proses digitalisasi bisnis.
Adapun Kepala Departemen Ekonomi Yose menyoroti konsep dan narasi raantai nilai global yang perlu dikemas menjadi agenda kepentingan global di G20, baik untuk kalangan pemerintah maupun sektor bisnis di negara-negara G20. Menurutnya, hal itu bertujuan agar usulan prioritas Indonesia dapat diterima dengan baik oleh negara G20 lainnya.
Diskusi juga mencatat masukan mengenai upaya meningkatkan partisipasi rantai nilai global melalui pendekatan sektoral, khususnya di kelapa sawit dan keterlibatan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Indonesia diharapkan mampu menunjukkan UMKM lokal yang mampu bersaing dalam rantai nilai global.
Ke depan, perubahan struktural rantai nilai global akan berfokus pada penyusunan ulang untuk menjadi lebih berdaya tahan tinggi dengan memasukkan aspek kontemporer yaitu kemajuan teknologi (technological process), isu-isu pembangunan berkelanjutan (sustainability issues), serta iklim kebijakan nasional dan global.
Hasil FGD tersebut nantinya diharapkan dapat memperkaya perspektif dan kematangan isu prioritas yang akan diusung Indonesia pada kelompok kerja perdagangan dan investasi di G20.
Forum G20 terdiri dari 19 negara dan Uni Eropa, mewakili 80 persen pendapatan domestik bruto dunia, 75 persen perdagangan global, dan dua-per-tiga penduduk dunia. Berdasarkan mandat Riyadh Summit Leaders Declaration yang disahkan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada 2020, Indonesia akan memegang keketuaan G20 pada 2022. Kementerian Perdagangan selaku
instansi penjuru perundingan G20 Trade and Working Group (TIWG) di bawah Sherpa Track akan memimpin rangkaian pertemuan kelompok kerja dan perundingan untuk menyepakati komitmen di tingkat menteri perdagangan G20. (EK)