SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Solok Selatan, Fajar belum menyingsing di Solok Selatan ketika tragedi memilukan terjadi. AKP Ulil Ryanto Anshari, Kasat Reskrim Polres Solok Selatan yang dikenal sebagai sosok berani dan tak kenal kompromi, tewas ditembak oleh rekannya sendiri, Kabag Ops AKP Dadang Iskandar. Insiden ini diduga bermula dari upaya Ulil memberantas tambang ilegal yang mengakar kuat di wilayah tersebut.
Malam yang Mencekam
Hari itu, seperti biasanya, AKP Ulil menjalankan tugasnya dengan penuh dedikasi. Ia baru saja memimpin operasi penangkapan pelaku tambang ilegal galian C—sebuah misi yang kerap menempatkan nyawanya dalam bahaya. Dalam perjalanan menuju Polres, sebuah telepon masuk dari AKP Dadang. Suara di seberang terdengar tak senang, mempertanyakan tindakan Ulil. Namun, Ulil tetap tenang, yakin bahwa apa yang dilakukannya adalah untuk menegakkan hukum.
Sesampainya di Polres Solok Selatan, pelaku tambang langsung dibawa ke ruang pemeriksaan. Suasana tampak normal hingga tiba-tiba suara tembakan menggema dari area parkir belakang. Personel Polres berlari ke luar, hanya untuk menemukan Ulil tergeletak bersimbah darah. Dua tembakan menghantam pelipis dan pipinya, tembus hingga tengkuk.
Di kejauhan, sosok AKP Dadang terlihat meninggalkan lokasi dengan mobil dinasnya. Tak ada kata, hanya jejak peluru dan tubuh yang terkapar.
Sosok yang Gugur Demi Keadilan
Ulil Ryanto bukan polisi biasa. Di usia muda, ia sudah dikenal sebagai penegak hukum yang gigih melawan tambang ilegal. Tak peduli pada ancaman, ia tetap maju. Bahkan, Kapolda Sumbar Irjen Pol Suharyono mengaku secara pribadi mengapresiasi kinerja Ulil.
“Dia anak yang luar biasa. Loyal, tangguh, dan selalu patuh pada perintah. Ketika saya minta untuk menumpas tambang ilegal, dia melakukannya tanpa ragu. Kepergiannya adalah kehilangan besar,” ucap Kapolda dengan nada penuh duka.
Ulil sudah beberapa kali memimpin operasi besar terhadap tambang ilegal, terutama tambang batu dan pasir (sirtu). Ia tahu langkah ini bukan tanpa risiko. Para pelaku tambang ilegal sering memiliki koneksi kuat, bahkan ke kalangan tertentu. Namun, Ulil tidak pernah mundur.
Dugaan Konflik dan Penyesalan Terlambat
Motif penembakan ini diduga kuat terkait dengan ketegangan antara Ulil dan Dadang soal tambang ilegal. Kabag Ops AKP Dadang diduga tidak senang dengan penangkapan pelaku tambang yang dilakukan Ulil.
Namun, setelah insiden itu, Dadang menyerahkan diri. Langkah ini, meski terlambat, setidaknya menunjukkan penyesalan. Kini, ia telah diamankan di Polda Sumbar dan dipastikan akan dipecat secara tidak hormat.
“Tidak ada ruang untuk siapa pun yang menghalangi penegakan hukum, apalagi sampai merenggut nyawa. Proses PTDH (Pemberhentian Tidak Dengan Hormat) akan segera dilakukan,” tegas Kapolda.
Momen yang Menyayat Hati
Personel Polres yang berada di lokasi masih mengenang momen saat tubuh Ulil diangkat ke mobil untuk dibawa ke Puskesmas. “Kami semua hening. Tidak ada yang menyangka hal seperti ini bisa terjadi di tengah kami,” ujar salah satu rekannya.
Di Puskesmas, dokter hanya bisa menggelengkan kepala. Ulil sudah tiada. Sosok yang selama ini menjadi garda terdepan melawan tambang ilegal kini hanya tinggal nama.
Warisan Seorang Pejuang
Tragedi ini meninggalkan luka mendalam, bukan hanya bagi keluarga besar Polri, tetapi juga bagi masyarakat yang merindukan keadilan. Ulil adalah simbol keberanian melawan kejahatan, meski harus berhadapan dengan risiko besar.
“Almarhum adalah pejuang hukum. Anak muda harus belajar dari keberanian dan dedikasinya. Penegakan hukum bukanlah pekerjaan mudah, tetapi harus dilakukan demi masa depan yang lebih baik,” pesan Kapolda Sumbar.
Catatan Akhir
Di tengah suasana duka, satu hal yang pasti: perjuangan Ulil tidak akan sia-sia. Namanya akan terus dikenang sebagai pahlawan yang gugur di medan tugas, melawan kejahatan demi tegaknya hukum di negeri ini.
Malam itu, nyala hidup Ulil padam. Namun, semangatnya akan terus hidup dalam hati mereka yang berani melawan ketidakadilan, tak peduli seberapa besar risikonya.
(Anton)