SUARAINDONEWS.COM, Tunis – Krisis ekonomi yang tengah melanda Tunisia telah memaksa banyak warganya mencari cara untuk bertahan hidup, salah satunya dengan menjadi pemulung plastik. Situasi ini diperburuk oleh angka pengangguran yang tinggi dan inflasi yang mencapai 5,4%, sehingga banyak warga, termasuk pekerja, pensiunan, dan migran, beralih menjadi pemulung plastik sebagai sumber penghasilan tambahan.
Menurut Hamza Chaouch, Kepala Kamar Nasional Pengumpul Sampah Daur Ulang, diperkirakan ada sekitar 25.000 pemulung plastik di seluruh Tunisia, dengan 40% di antaranya berada di ibu kota, Tunis. “Jumlah pemulung ini telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir karena tingginya biaya hidup,” ujar Chaouch, yang juga mengelola pusat pengumpulan plastik di selatan Tunis.
Di kota Tunis, pemandangan sehari-hari menunjukkan banyaknya perempuan dan pria yang membawa karung-karung berisi plastik atau mengangkut muatan plastik di sepeda motor mereka. Harga plastik bekas yang hanya dihargai sekitar 0,5 hingga 0,7 dinar Tunisia (sekitar Rp 4.100) pun tidak menghentikan mereka untuk terus bekerja di sektor informal ini.
Tak hanya warga lokal, migran dari sub-Sahara Afrika yang terjebak di Tunisia juga ikut terlibat dalam pekerjaan ini. Salah satunya adalah Abdelkoudouss, seorang pemuda 24 tahun asal Guinea, yang mengumpulkan plastik untuk bertahan hidup setelah gagal menyeberang ke Eropa. “Hidup di sini sangat sulit, jadi saya terpaksa memulung plastik untuk menabung,” ungkap Abdelkoudouss yang sebelumnya bekerja dengan upah rendah di tempat cuci mobil.
Presiden Tunisia, Kais Saied, telah mengeluarkan pernyataan keras mengenai kedatangan migran, yang memperburuk ketegangan antara migran dan warga lokal. Meski demikian, ada juga pihak yang menyambut inklusivitas dalam pekerjaan ini. Abdallah Omri, kepala pusat sampah daur ulang di Bhar Lazreg, mengatakan, “Kami menyambut semua orang, baik itu warga Tunisia maupun migran. Pekerjaan ini memberi manfaat bagi negara dan komunitas.”
Pemulung plastik atau yang dikenal sebagai “barbecha” ini kini memainkan peran penting dalam sistem pengelolaan sampah dan keberlanjutan lingkungan di Tunisia, meskipun pekerjaan ini tetap informal dan tanpa dukungan penuh dari pemerintah. Di tengah krisis ekonomi yang berkepanjangan, pemulung plastik menjadi salah satu solusi kreatif bagi mereka yang terhimpit kesulitan ekonomi.
(Anton)