SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Korindo Group telah berbuat untuk masyarakat Papua, khususnya di Merauke dan Boven Digul, yang berbatasan dengan Negara Papua Nuguini, dan tunduk pada ketentuan hukum yang berlaku dan peraturan yang ada di Republik Indonesia. Sementara mereka para NGO Asing (Mighty Indonesia, red) tak mau memberikan kontribusinya, tak memberikan solusi, dan hanya membuat rakyat Papua menjadi susah.
Demikian diungkapkan, Yustinus dan Marten, yang mewakili Kepala Marga, Para Pemilik Tanah Ulayat Papua, dan Lembaga Adat Merauke dan Boven Digul, di Akmani Hotel, 9 September 2019, dimana mereka mempertanyakan NGO Asing (Mighty Indonesia, red) yang justeru membuat mereka masyarakat Papua menjadi susah. Terbukti hingga sekarang keinginan masyarakat Papua untuk membuka perkebunan plasma sawit dan perkebunan inti menjadi terhambat.
Padahal bagi mereka, masyarakat Papua disana, sejauh ini Korindo Group sudah berbuat banyak buat anak anak mereka, buat pendidikan dan kesehatan masyarakat disana, serta perbaikan ekonomi disana, jelas Yustinus. Dan selama ini para Kepala Marga, Para Pemilik Tanah Ulayat Papua bersama Lembaga Adat disana tidak ada persoalan yang berarti. Tidak ada pertentangan yang membuat masyarakat menjadi susah. Tapi NGO Asing (Mighty Indonedia, red) justeru kini membuat masyarakat Papua susah, tegas Yustinus lagi.
Dengan kata lain, sambung Yustinus, masyarakat Adat, para Ketua Marga, pemilik tanah ulayat, dan Dewan atau Lembaga Masyarakat Adat, merasakan justru yang terjadi masyarakat Papua terkena dampaknya. Padahal jaman sudah tidak seperti dahulu lagi, budaya busur atau cari makan dengan busur sudah tidak ada lagi. Kini jaman sudah berubah dengan berkebun dan kalau ingin majukan generasi penerus, anak cucu kita. Masyarakat Papua mitra Perusahaan, Perusahaan mitra Pemerintah dan Negara. Jadi jangan ganggu kami dan perusahaan.
Sementara bagi Marten Kisey, Wakil Ketua I Lembaga Masyarakat Adat Kabupaten Merauke, mengungkapkan Korindo Group sudah menjalani semua aturannya. Sudah ijin di Pusat, Propinsi, Kabupaten, Lembaga Masyarakat Adat, para pemilik Tanah Ulayat dan para Ketua Ketua Marga. Sudah dilalui semua. Mereka membantu masyarakat Merauke. Tanah di Papua bukan milik satu orang, tanah punya satu Marga, milik tanah ulayat yang dilindungi Undang Undang. Akibat NGO Asing (Mighty Indonedia, red) masyarakat Papua susah. Kebun plasma dan inti terganggu moratorium. Jadi bantu kami masyarakat Papua, jangan matikan kami masyarakat Papua, pinta Marten penuh ketegasan.
Sementara Daniel Sim Ayomi MPA, Deputy General Manager Korindo Group, yang didampingi Luwy Leonufna, Sustainable Manager Korindo Group dan Yulian Mohamad Rizqi Humas Korindo Group, menyatakan hadirnya Korindo Group di Merauke dan Boven Digul memberikan dampak positif masyarakat, membuka lapangan pekerjaan bagi 1.800 an masyarakat Papua, memberikan kesempatan memperoleh pendidikan hingga di Pulau Jawa, memberikan beasiswa hampir 400an putra putri Papua, membangun sekolah sekolah serta sarana kesehatan Rumah Sakit Kelas Pratama di Asiki, disamping kesehatan gratis bagi masyarakat di tiap tiap lahan perkebunan yang dibuka, dimana sedikitnya 50 orang setiap harinya memperoleh layanan kesehatan gratis. Disamping infrastruktur lainnya. Dan Korindo Group menyadari benar bahwa Merauke dan Boven Digul merupakan Teras Depan NKRI. Oleh karenanya Korindo Group mengikuti sungguh sungguh peraturan dan ketentuan hukum yang ada di NKRI.
Selanjutnya, ditambahkan Luwy Leonufna, selaku Sustainable Manager Korindo Group menjelaskan bahwa seluruh kegiatan-kegiatan operasional yang dijalankan oleh unit-unit usahanya, tak terkecuali divisi perkebunan kelapa sawit sudah berpedoman pada ketentuan hukum dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Selain perusahaan juga telah memperhatikan hak-hak masyarakat setempat.
Namun, paparnya, dalam perjalanan bisnis usahanya, Korindo Group kerap mendapat perhatian yang berlebihan dari beberapa NGO Asing asal Amerika Serikat (Mighty Infonesia, red) dan juga beberapa LSM lainnya, yang justeru tidak memberikan solusi atau tindakan apapun buat masyarakat Papua. Padahal mereka sudah melakukan Black Campaign sejak tiga tahun yang lalu dan yang anehnya isunya selalu berubah ubah, mulai dari deforestasi, pembakaran untuk pembukaan lahan, penggunaan militer, hingga isu HAM dan sebagainya.
Namun demikian, bentuk perhatian yang berlebihan ini berupa mencari-cari kesalahan dan kekurangan Korindo Group. Meskipun banyak hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, Korindo tetap menghargai masukan-masukan tersebut untuk menuju kesempurnaan, ujar Luwy.
Dan perlu ditegaskan, catat Luwy, bahwasanya secara bisnis, sampai dengan saat ini Korindo masih tercatat sebagai anggota Forest Stewardship Council (FSC) untuk bidang kehutanan. Sedangkan dalam bidang usaha perkebunan kelapa sawit, anak-anak usaha yang tergabung dalam Korindo Group telah memiliki sertifikat ISPO dari pemerintah Indonesia sebagai bukti bahwa pengelolaan perkebunan sawit Korindo Group dilakukan secara lestari dan berkelanjutan.
Bahkan dengan niat yang tulus, Korindo Group ingin membina hubungan yang konstruktif dan kolaboratif dengan para pemangku kepentingan agar keinginan untuk turut membangun Indonesia, terutama daerah-daerah kategori 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) dapat terealisasi dengan baik. Namun dengan Black Campaign ini jangan biarkan kami menghadapinya sendiri, tutup Luwy.
Sebagai catatan penting, bahwa terkait kontribusi kepada masyarakat, berbagai program CSR yang telah dilakukan oleh Korindo Group meliputi pembangunan, pengelolaan, dan pendanaan k|inik modern bernama Klinik Asiki terpilih menjadi klinik pratama terbaik tingkat nasional tahun 2019 oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan/BPJS Kesehatan, pemeriksaan medis secara gratis di 19 klinik, pengadaan ambulans darat dan air, pembangunan 28 sekolah dan pengadaan bis sekolah, pembangunan 66 masjid/gereja, pembayaran insentif untuk 200 guru, pembangunan infrastruktur seperti listrik gratis dan jalan, serta pendidikan kewirausahaan seperti program ternak ayam dan budi daya tanaman sayur.
Korindo Group juga aktif memberikan bantuan-bantuan kepada para korban bencana di Indonesia seperti bantuan senilai Rp 7 miliar kepada korban gempa bumi di Palu, bantuan air bersih, pengerahan transportasi dan alat-alat berat untuk distribusi logistik dan pembukaan akses jalan pasca gempa di Maluku Utara, bantuan Iogistik untuk korban gempa tsunami di Banten, banjir bandang di Jayapura dan di lokasi-lokasi bencana lainnya.
(tjo; foto van