SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Anggota Komite I DPD RI
, Dapil Sumatera Selatan, Jialyka Maharani, pada pameran foto dan rangkaian talkshow untuk memperingati Hari Perempuan International yang digelar pada tanggal 8-18 Maret 2021 di Selasar Gedung Nusantara II dan Nusantara V. Jialyka, menyampaikan pendapatnya pada sesi talkshow yang bertajuk “Peran Advokasi dalam Percepatan Pembangunan di Desa Tertinggal” yang digagas Kaukus Perempuan Parlemen RI di halaman Nusantara V Kompleks MPR/DPR/DPD RI, Senayan. Pendapatnya dalam hal ini untuk membumikan politik sebagai bagian dari upaya membangun desa dan membangun negara, seiring bertumpunya harapan dunia birokrasi yang dapat membuka ruang yang lebih buat peran-peran perempuan di dalamnya supaya dapat lebih berkembang.Dikatakan Jialyka, bahwa tertinggalnya desa, 28.2 persen diantaranya adalah 74 ribuan desa seluruh Indonesia, yaitu desa tertinggal dan sangat tertinggal. Adanya hal tersebut, karena streotipe perempuan dalam budaya patriarki masih kuat mengakar, masih adanya salah kaprah dengan isu feminisme kerap terjadi.
“Di daerah-daerah tertinggal, stereotipe perempuan dalam budaya patriarki masih mengajar, karena salah kaprah dengan isu feminisme kerap terjadi. Perempuan versus Laki laki terjadi, perempuan ditakutkan akan menjajah nantinya, mendominasi, atau ketakuatan-ketakutan lainnya yang membikin masyarakat mempertahankan tatanannya tersebut,” kata Jialyka, Senin, (15/21).
Lebih lanjut, Jialyka menjelaskan bahwa perempuan harus maju bersama laki laki. Karena pemahaman stereotip harus dirubah karena sinergi tak memandang gender, semua bisa berkontribusi yang sama. Permasalahan pengarusutamaan gender yang masih kental di desa-desa, karena permasalahan di daerah tertinggal tersebut masih krusial. Kurangnya pendidikan, rendahnya ekonomi, rendahnya kesehatan, bahkan kemampuan bersemangat cari ekonomi pun rendah, otomatis masalah-masalah domistik kental terjadi.
“Kurangnya pendidikan, rendahnya ekonomi, rendahnya kesehatan, dan kurangnya semangat dalam mencari ekonomi, sangat menjadi permasalahan di daerah tertinggal masih krusial. Kondisi seperti ini butuh support dan inspirasi lebih mandiri yang lebih maju. Ekonomi masyarakat harus lebih di tingkatkan, dengan tidak ada lagi pemahaman stereotip, agar semua gender dapat berkontribusi, karena membangun desa sama juga membangun negara,” jelas Senator termuda ini.
Ditambahkan Jialyka, dunia birokrasi harus membuka ruang untuk perempuan lebih banyak lagi. Karena efek dominonya yang terpengaruh sangat banyak. Menurutnya birokrasilah yang mengatur semua, dan birokrasilah corong daerah berkembang. Maka berikanlah ruang perempuan hadir disana menyentuh kaum perempuan.
“Dunia birokrasi harus lebih membuka ruang untuk perempuan, meski ruang perempuan di daerah tertinggal masih belum 100 persen terbuka. Tetapi, sangat butuh dari seluruh elemen, karena efek dominonya yang terpengaruh sangat banyak, dengan ruang yang diberikan terhadap perempuan yang hadir disana dapat menyentuh kaum perempuan atau memberikan stimulus yang lebih. Sehingga perempuan lebih berani atau pede, karena ruang previllegenya merasa telah diberikan,” tutup Jialyka, Anggota Komite I DPD RI, Dapil Sumatera Selatan ini.
(DSK/Tjoek)