SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – LinkedIn baru saja merilis laporan terbaru soal peta talenta kecerdasan buatan (AI) di dunia. Hasilnya cukup mengejutkan: Israel menempati posisi nomor satu dunia dalam konsentrasi talenta AI, mengalahkan negara besar seperti Amerika Serikat (AS) dan China.
Data Talenta AI Dunia
Metrik ini disebut “Konsentrasi Talenta AI”, dihitung berdasarkan data profil pengguna LinkedIn yang memiliki keahlian terkait AI. Keahlian yang masuk hitungan bukan cuma soal teknik seperti machine learning dan natural language processing (NLP), tetapi juga literasi AI seperti penggunaan ChatGPT dan GitHub Copilot.
Menurut data 2024, inilah 10 besar negara dengan konsentrasi talenta AI terbanyak:
10 Besar Negara dengan Konsentrasi Talenta AI (2024)
Peringkat | Negara | Konsentrasi Talenta AI |
---|---|---|
1 | Israel | 1,98% |
2 | Singapura | 1,64% |
3 | Luksemburg | 1,44% |
4 | Estonia | 1,17% |
5 | Swiss | 1,16% |
6 | Finlandia | 1,13% |
7 | Irlandia | 1,11% |
8 | Jerman | 1,09% |
9 | Belanda | 1,07% |
10 | Korea Selatan | 1,06% |
Yang menarik, AS dan China—dua negara yang paling agresif mengembangkan AI—justru tidak masuk daftar 10 besar.
Kenapa China Tidak Masuk?
Menurut LinkedIn, salah satu alasannya adalah penyensoran internet di China. Karena LinkedIn dan platform buatan AS lainnya dibatasi, banyak talenta AI asal China tidak tercatat dalam data.
Negara Kecil, Talenta Besar
Chua Pei Ying, Kepala Ekonom LinkedIn untuk Asia Pasifik, menjelaskan bahwa negara dengan luas wilayah kecil justru menonjol dalam pengembangan talenta AI.
“Banyak negara dengan konsentrasi talenta AI tertinggi seperti Israel, Singapura, Luksemburg, Estonia, meski kecil tapi bisa cepat membangun ekosistem yang mendukung. Perusahaan berinvestasi pada keterampilan karyawan, sementara pemerintah membuat kebijakan yang mendorong pembelajaran berkelanjutan,” kata Chua.
India Mulai Tancap Gas
Meski belum masuk daftar 10 besar, India menunjukkan perkembangan paling pesat. Antara 2016 hingga 2024, jumlah talenta AI di India naik 252%. Bahkan, sepanjang 2024, perekrutan tenaga kerja terkait AI di India naik 33,4%.
Sementara itu, Singapura mencatat kenaikan perekrutan talenta AI sebesar 25%, sedangkan AS naik 24,7%.
Menurut Chua, keunggulan Singapura ada pada budaya belajarnya. “Pekerja di Singapura lebih cepat belajar. Mereka menghabiskan 40% lebih banyak waktu untuk mempelajari keterampilan AI dibanding negara lain di Asia Tenggara,” ujarnya.
Kesimpulan
Hasil laporan ini menunjukkan bahwa dominasi AI tidak hanya ditentukan oleh negara besar. Justru negara kecil dengan kebijakan pendidikan yang tepat bisa melahirkan konsentrasi talenta AI yang tinggi dan bersaing di panggung global.
(Anton)