SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Beras adalah nadi kehidupan bangsa. Dari sawah petani hingga meja makan jutaan keluarga, ia jadi komoditas paling vital. Namun belakangan, publik dibuat resah karena kabar beras premium sulit ditemukan di sejumlah ritel modern.
Di sisi lain, pemerintah menegaskan stok nasional sebenarnya aman. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?
Stok Nasional: Tidak Ada Kelangkaan
Menteri Pertanian memastikan tidak ada masalah pasokan secara nasional. Per 2025, Bulog menyiapkan lebih dari 1,3 juta ton beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) untuk operasi pasar.
Menurut data Badan Pangan Nasional (Bapanas):
- Harga beras SPHP: Rp12.572/kg (turun tipis dari Rp12.586/kg).
- Harga beras medium dan premium: relatif stabil, meski sempat naik di ritel modern.
“Yang terjadi lebih karena pergeseran distribusi, bukan kelangkaan stok,” tegas Kementan.
Kenapa Premium Hilang di Ritel Modern?
Di pasar tradisional dan warung sembako, beras masih normal tersedia. Tetapi di ritel modern, terutama untuk beras premium bermerk, stok sering kosong.
Menurut Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), penyebabnya adalah:
- Produsen menahan pasokan karena khawatir isu hukum terkait kualitas beras.
- Ada kasus “beras oplosan” yang sempat membuat merek tertentu diperiksa aparat.
- Produsen memilih berhati-hati sebelum kembali memasok ke ritel besar.
Meski begitu, pantauan di beberapa gerai Indomaret dan Alfamart menunjukkan stok masih ada, bahkan tidak ada tanda panic buying. Hanya saja, sebagian toko menerapkan pembatasan pembelian maksimal 5 kg per orang.
Operasi Pasar & Intervensi Pemerintah
Bulog dan Bapanas menggelar operasi pasar besar-besaran dengan beras SPHP untuk menstabilkan harga. Pemerintah menargetkan ketersediaan tetap merata di semua kanal distribusi, termasuk ritel modern.
Perbandingan dengan Negara Lain
- Indonesia: Alokasi APBN untuk pangan dan subsidi beras besar, stok aman 1,3 juta ton SPHP. Masalah utama: distribusi dan kepercayaan produsen.
- Vietnam: Sebagai eksportir besar dunia, harga beras domestik stabil, bahkan masih punya ruang ekspor besar ke Filipina & China.
- Thailand: Mengandalkan ekspor, harga dalam negeri terkendali, surplus produksi menopang stabilitas.
- India: Baru saja mencabut larangan ekspor, memicu penurunan harga global.
- Global: Harga beras dunia justru turun ke level terendah 8 tahun terakhir karena panen melimpah di India, Thailand, dan Vietnam.
Apa Artinya Bagi Indonesia?
Meski stok aman, kelangkaan di ritel modern cukup mengganggu persepsi publik. Psikologi pasar bisa memicu kekhawatiran, padahal masalah utamanya bukan kekurangan beras, melainkan alur distribusi.
Dengan harga global yang turun, Indonesia punya peluang memperkuat cadangan sekaligus menjaga harga dalam negeri tetap stabil.
- Stok nasional aman, operasi pasar berjalan.
- Kelangkaan hanya terjadi di kanal distribusi tertentu (ritel modern).
- Dibanding negara lain, Indonesia masih punya tantangan distribusi dan transparansi pasokan.
(Anton)