SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Anggota Komisi I DPR Mohammad Idham Samawi mengakui di era transformasi media, era digital saat ini dunia memang selebar daun kelor atau ada di satu tangan handphone (Hp). Sehingga semua peristiwa yang terjadi di dunia dalam beberapa detik dan menit bisa diketahui oleh masyarakat di seantero jagat raya ini.
Untuk itu pula tidak mudah menjaga dan merawat NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) yang sangat luas, lebih dari 17 ribu pulau, terdapat ribuan budaya, dan melimpahnya kekayaan alam di nusantara ini. “Jadi, peran media sangat penting untuk merawat NKRI tersebut. Tapi di sisi lain, tidak mudah menghadapi tantangan era digital ini, ketika anak-anak yang masih SD sudah bertanya; apakah Pancasila itu buatan manusia, dan khilafah itu buatan Tuhan? Juga apa yang dimaksud pemerintahan thogut? Karena itu, kalau bangsa ini mudah dipecah belah, maka NKRI bisa bubar,” tegas Mohammad Idham Samawi.
Hal itu disampaikan politisi PDI-P itu dalam acara forum komunikasi dan sosialisasi kinerja DPR RI dengan Koordinatoriat Wartawan Parlemen (KWP) bertajuk “Peran Media dalam Menanggulangi Perundungan pada Anak” di DI Yogyakarta, Jumat (27/10/2023) malam kemarin.
Hadir Kabiro Pemberitaan Parlemen Indra Pahlevi, Deputi Persidangan Suprihartini, Kepala Pusat Teknologi Informasi Sekretariat Jenderal DPR RI Djaka Dwi Winarko, Kepala Pemberitaan DPD RI Mahyu, Ketua KWP Ariawan, Ketua Komisi A DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta Eko Suwanto dan para wartawan.
Lebih lanjut Idham Samawi berharap para wartawan ikut membantu merawat dan menjaga NKRI ini ke depan dengan mengamalkan dan mengajarkan nilai-nilai luhur Pancasila kepada anak-anak sejak dini di rumah. “Sampai kapan kita harus merawat NKRI dengan Pancasila ini, ya sampai kiamat selama NKRI ini masih ada,” pungkasnya.
Selain itu kata Eko Suwanto, di era digital ini pentingnya pengawasan kepada anak-anak di saat bermain Hp. “Penting dalam sehari selama setengah atau satu jam anak-anak diajak dialog, curhat terhadap berbagai masalah yang dihadapi. Saat itulah orang tua bisa memberikan jawaban soal kehidupan mereka termasuk mengajarkan nilai-nilai luhur Pancasila. Itu penting agar anak-anak tidak curhat ke media sosial,” ujarnya.
Hal yang sama disampaikan Indra Pahlevi, jika zaman yang sudah berubah ini berbeda pula cara sosialosasi anak-anak berikut cara orang tua dalam mengajarkan nilai-nilai luhur Pancasila dan budi pekerti di rumah dan lingkungan masyarakat.
“Kalau dulu orangtua marah ketika anak dianggap salah, tentu saat ini tidak cukup tanpa diberi kesadaran dan pengetahuan yang rasional. Dan, pasti untuk Pancasila dan budi pekerti untuk menghindari perundungan itu harus lebih ditekankan. Misalnya perlunya pelajaran Pancasila kembali diterapkan di sekolah sejak dini hingga di perguruan tinggi. Dulu ada Penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila),” ungkap Indra.
(ANTON)