SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Masalah lingkungan di Nusa Tenggara Barat (NTB) makin hari makin miris. Dari hutan yang digunduli semena-mena sampai sampah yang menumpuk bak gunung kecil—semuanya jadi sorotan tajam Senator Mirah Midadan Fahmid. Dalam rapat panas bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Mirah tak ragu menyebut: NTB sedang darurat lingkungan.
“Penanaman jagung yang tidak terkendali telah menyebabkan bencana alam seperti banjir dan longsor setiap tahun di NTB,” tegas Senator Mirah.
Menurutnya, keserakahan jangka pendek demi cuan instan dari jagung justru berujung mahal—merusak lingkungan dan merugikan masyarakat dalam jangka panjang.
Sampah? Meledak di Mana-mana!
Bukan cuma soal hutan, NTB juga dihadapkan pada krisis sampah yang bikin geleng-geleng kepala. TPA penuh, lahan sempit, anggaran terbatas—hasilnya: penumpukan sampah brutal di berbagai titik.
“Keterbatasan lahan dan anggaran membuat pengelolaan sampah menjadi masalah kompleks di NTB,” ujar Mirah.
Contohnya? TPA Kebon Kongok di Lombok Barat sudah kewalahan, dan TPST Sandubaya di Kota Mataram harus menampung limbah ekstra karena TPA nggak muat lagi. Akibatnya, pemerintah daerah kena tegur dari pusat karena gagal urus sampah sesuai aturan.
Karhutla Masih Jadi “Langganan”, Pengawasan Loyo
Soal kebakaran hutan, Senator Mirah juga angkat bicara. Meski undang-undang sudah jelas mewajibkan pemegang izin bertanggung jawab, fakta di lapangan jauh dari ideal.
“Pencegahan karhutla seharusnya menjadi agenda utama, bukan hanya responsif setelah kejadian,” sindirnya tajam.
Infrastruktur pencegahan masih seadanya. Ketika hutan terbakar, semua baru panik. Terlambat!
Solusi: Jangan Cuma Gimmick, Harus Gerak!
Senator Mirah gak cuma mengkritik—dia juga kasih solusi konkret. Mulai dari penghijauan dengan tanaman ramah lingkungan tapi tetap cuan, sampai usulan kerja sama internasional untuk adopsi teknologi pengelolaan sampah dan energi baru.
“Banyak negara yang telah berhasil mengolah sampah menjadi sumber energi. Kita harus belajar dan bekerja sama dengan mereka untuk menerapkan solusi serupa di NTB,” katanya.
Ia juga menyoroti potensi luar biasa dari program perhutanan sosial. Di NTB saja, 43 ribu kepala keluarga terlibat, dengan potensi ekonomi mencapai Rp 2,2 triliun. Tapi sayangnya, dukungan kelembagaan masih lemah dan pelatihan masyarakat minim.
“Saya meminta agar pemerintah pusat dan daerah memperkuat sinergi lintas sektor, termasuk mendorong pendekatan kolaboratif berbasis wilayah seperti Integrated Area Development,” tutup Mirah.
- Jagung liar bikin longsor, tapi cuannya cuma sebentar.
- Sampah numpuk, TPA megap-megap, daerah kena tegur.
- Hutan kebakaran, tapi pencegahan? Nihil.
- Solusi ada: kerja sama internasional, tanam komoditas cerdas, dan perkuat perhutanan sosial.
Senator Mirah tak ingin NTB hanya dikenal karena pantainya yang indah—tapi juga karena komitmennya menyelamatkan lingkungan. Karena kalau dibiarkan, yang datang bukan turis… tapi bencana.
(Anton)