SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Meski terhitung jarang terjadi, namun tsunami merupakan bencana alam yang berdampak paling besar, baik secara fisik maupun psikis. Dampak tsunami dengan kerugian sosiologis dan ekonomi terbesar paling rentan terjadi pada daerah perbatasan pantai/pesisir, serta dataran rendah dengan penduduk yang padat. Indonesia, Thailand, Jepang, maupun negara-negara kepulauan lainnya tidak terkecuali memiliki resiko besar akan bahaya tsunami.
Kerja sama internasional dinilai sebagai kunci untuk pemahaman yang lebih dalam akan bencana tsunami baik dari sudut pandang politik maupun publik. Selain itu, kerja sama internasional juga dapat meningkatkan keterlibatan negara-negara dunia dalam memberikan upaya konkret untuk mengurangi risiko dari bencana tsunami. Oleh karena itu, pada bulan Desember 2015, Majelis Umum PBB menetapkan tanggal 5 November sebagai Hari Kesadaran Tsunami Sedunia (World Tsunami Awareness Day) untuk meningkatkan kesadaran global akan bencana tsunami dan segala resikonya.
Selaras dengan tema Hari Internasional untuk Pengurangan Bencana (International Day for Disaster Reduction) yang diperingati pada 13 Oktober 2018 yang lalu, Hari Kesadaran Tsunami Sedunia tahun ini bertujuan untuk melancarkan upaya pengurangan kerugian ekonomi atas bencana tsunami yang terjadi.
Terkait dengan upaya tersebut, UNESCO melalui Komisi Oseanografi Antarpemerintah (The Intergovernmental Oceanographic Commission/IOC) mengoordinasikan layanan peringatan dini tsunami melalui empat Sistem Peringatan dan Mitigasi Tsunami untuk wilayah sekitar Samudera Pasifik, Samudra Hindia , Karibia, dan kawasan Atlantik Utara, Laut Tengah dan Laut Terpadu. IOC juga membantu negara-negara anggota UNESCO melalui program pendidikan pemahaman akan bencana tsunami yang dilakukan secara rutin, serta memberikan pelatihan evakuasi, peningkatan koordinasi dan kesiapan untuk menghadapi bencana tsunami.
Audrey Azoulay selaku Direktur Jenderal UNESCO menyatakan pendapatnya pada peringatan Hari Kesadaran Tsunami Sedunia 2018, “…adalah komunitas pesisir —yang pendapatannya bergantung pada pariwisata, perikanan, dan budidaya— yang paling parah terkena dampak bencana (tsunami) tersebut. Merupakan tanggung jawab kami yang mutlak untuk mempromosikan dan mengintegrasikan pendekatan manajemen risiko bencana pada bidang-bidang ini, dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang risiko-risikonya, dalam rangka membangun ketahanan terhadap bencana.”
(ist/ foto ist