SUARAINDONEWS.COM, Jakarta — Bayangkan ini: seseorang yang lahir pada tahun 1925 sekarang masih duduk santai menikmati teh, mungkin sambil scroll TikTok bareng cicitnya. Mereka lahir di antara dua Perang Dunia, tumbuh saat dunia baru mengenal listrik dan radio, lalu menyaksikan internet, ponsel pintar, bahkan AI berkembang di depan mata.
Dan sekarang, di tahun 2025, jumlah orang yang mencapai usia 100 tahun atau lebih (centenarian) di seluruh dunia diperkirakan mencapai 630.000 orang. Menariknya, sebagian besar dari mereka tinggal hanya di segelintir negara. Dan satu negara Asia menempati posisi puncak dunia dalam urusan umur panjang: Jepang.
Jepang: Negeri Para Lansia Super
Menurut data terbaru dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), hampir 1 dari 5 centenarian di dunia tinggal di Jepang, dengan jumlah mencapai 123.330 orang. Angka ini jauh di atas negara-negara besar lainnya. Amerika Serikat menempati urutan kedua dengan 73.629 orang berusia 100 tahun ke atas. Disusul kemudian oleh China dengan 48.566 orang, India sebanyak 37.988 orang, dan Prancis dengan 33.220 centenarian.
Di urutan selanjutnya ada Italia dengan 23.277 orang, Rusia 20.229 orang, Jerman 19.476 orang, Inggris 18.409 orang, dan Spanyol dengan 16.552 orang centenarian.
Kalau dihitung dari rasio penduduk, Jepang mencatat sekitar 100 centenarian per 100.000 orang — hanya kalah dari Hong Kong yang memegang rekor tertinggi, yaitu 133 per 100.000.
Kok Bisa Panjang Umur? Rahasianya Bukan Cuma Ikan Mentah
Menurut Solveig Cunningham, profesor dari Netherlands Interdisciplinary Demographic Institute, ada banyak faktor yang bikin orang Jepang bisa hidup lama — mulai dari pola makan sehat seperti sayuran dan ikan, kebiasaan olahraga ringan seperti jalan kaki, sampai budaya menjaga hubungan sosial.
“Jepang selalu berada di puncak semua daftar soal umur panjang,” ujarnya. Bahkan para peneliti sekarang mulai mengeksplorasi apakah imigran yang lama tinggal di Jepang juga bisa merasakan “efek panjang umur” yang sama.
Rata-rata harapan hidup di Jepang memang bikin melongo: perempuan bisa hidup hingga usia 88 tahun, sedangkan laki-laki rata-rata mencapai 82 tahun. Dan itu bukan angka dongeng.
Bukan Karena Cokelat atau Minyak Ikan
Walau banyak yang percaya “resep rahasia” umur panjang bisa dari segelas wine atau sepotong dark chocolate, para ahli justru menyebut gaya hidup keseluruhan-lah yang paling berpengaruh. Mulai dari olahraga ringan tapi rutin, pola makan bergizi, tidur cukup, menjaga mental tetap sehat, tidak merokok, menjauhi alkohol, hingga punya hubungan sosial yang kuat.
“Saya pribadi tidak percaya umur panjang datang dari suplemen, cokelat, atau minyak ikan. Yang paling penting tetap gaya hidup aktif dan lingkungan sosial yang positif,” kata Cunningham.
Blue Zones dan Data yang (Mungkin) Keliru
Selama bertahun-tahun, para ilmuwan menyebut istilah “blue zones”, yaitu wilayah di dunia yang terkenal memiliki jumlah lansia sehat paling banyak. Beberapa blue zones yang populer adalah Okinawa di Jepang, Sardinia di Italia, dan Nicoya di Kosta Rika.
Namun, sejumlah peneliti juga memberi catatan: bisa saja data centenarian itu tidak akurat. Beberapa negara ditemukan memiliki masalah pencatatan usia — mulai dari kesalahan administrasi hingga penipuan terkait dana pensiun. Tapi Jepang, Prancis, dan Italia tetap konsisten jadi juara dalam urusan umur panjang, baik dari data statistik maupun kualitas hidup lansianya.
Jadi, Mau Hidup Sampai 100 Tahun?
Kuncinya bukan hanya umur panjang, tapi umur panjang yang sehat. Kalau ingin ikut masuk klub centenarian, mungkin sekarang saatnya mengganti gorengan dengan sup miso, jalan kaki lebih sering, dan lebih rajin ngobrol sama tetangga.
Karena siapa tahu, di tahun 2125 nanti, nama kamu masuk daftar centenarian dunia — dengan catatan masih bisa joget TikTok bareng cicit.
(Anton)