SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Nilai tukar rupiah terus menunjukkan pelemahan di tengah kondisi ekonomi dalam negeri yang masih belum kondusif. Tekanan terhadap rupiah terlihat pada akhir pekan lalu, di mana rupiah spot melemah 0,1 persen ke Rp16.502 per dolar Amerika Serikat (AS). Sementara itu, di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah juga melemah 0,12 persen ke Rp16.501 per dolar AS.
Bisa Sentuh Rp20.000 per Dolar AS?
Menurut Analis Mata Uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, rupiah berpotensi melemah lebih dalam jika tekanan ekonomi terus berlanjut.
“Bila melihat sentimen saat ini, bisa saja rupiah mencapai Rp20.000 per dolar AS. Secara fundamental, potensi pelemahan berada di kisaran Rp17.000 hingga Rp18.000,” ujar Lukman.
Meski begitu, Bank Indonesia diperkirakan tetap menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Salah satu langkah yang dilakukan adalah intervensi pasar serta implementasi aturan baru mengenai Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang bertujuan menjaga cadangan devisa tetap stabil.
“BI akan terus melakukan intervensi agar rupiah tetap di level Rp16.000. Revisi PP DHE yang terbaru juga akan sangat membantu memperkuat cadangan devisa,” tambahnya.
Rupiah Diprediksi Bergerak Fluktuatif
Untuk perdagangan Senin (24/3/2025), rupiah diperkirakan akan bergerak fluktuatif dan ditutup melemah di rentang Rp16.490 – Rp16.550 per dolar AS.
Menurut data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan Jumat (22/3/2025) dengan pelemahan tipis 0,1% atau turun 16,5 poin ke level Rp16.501,5 per dolar AS. Di sisi lain, indeks dolar AS naik 0,18% ke posisi 104,03.
Mata Uang Asia Ikut Melemah
Tidak hanya rupiah, sejumlah mata uang Asia lainnya juga mengalami pelemahan:
- Yen Jepang melemah 0,42%
- Peso Filipina melemah 0,23%
- Baht Thailand melemah 0,31%
Namun, ada beberapa mata uang yang justru menguat:
- Won Korea Selatan naik 0,39%
- Rupee India menguat 0,39%
- Dolar Taiwan naik 0,02%
Faktor yang Mempengaruhi Rupiah
Menurut Pengamat Forex Ibrahim Assuaibi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan rupiah:
- Kebijakan The Fed
Pasar semakin yakin bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka waktu lebih lama. Ini membuat dolar AS semakin kuat dan menekan nilai tukar mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
- Data Tenaga Kerja AS
Data klaim pengangguran di AS menunjukkan pasar tenaga kerja masih kuat. Hal ini mengurangi kemungkinan The Fed memangkas suku bunga dalam waktu dekat.
- Peringkat Kredit Indonesia
Lembaga pemeringkat Moody’s Investor Service tetap mempertahankan peringkat kredit Indonesia pada level Baa2 dengan outlook stabil. Moody’s menilai bahwa permintaan domestik, khususnya konsumsi rumah tangga dan investasi, akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 dan 2026.
Kesimpulan
Dengan berbagai faktor global dan domestik yang mempengaruhi, rupiah diperkirakan masih akan menghadapi tekanan dalam beberapa waktu ke depan. Namun, intervensi dari Bank Indonesia dan kebijakan terbaru terkait devisa hasil ekspor diharapkan dapat menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.
(Anton)