SUARAINDONEWS.COM, Jambi – Direktur Bina Pengelolaan dan Pemulihan Ekosistem Direktorat Jenderal Konservasi dan Sumber Daya Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Direktur BPPE KLHK), Ammy Nurwati mengajak semua pihak untuk terlibat aktif dalam restorasi lahan basah di Indonesia, karena lahan basah berpotensi sebagai gudang penyimpanan karbon yang sangat besar.
“Untuk itu mari kita semua terlibat dalam aksi nyata dalam upaya restorasi lahan basah di Indonesia,” kata Direktur BPPE KLHK, Ammy Nurwati, dalam keterangan resminya terkait Peringatan Hari Lahan Basah atau World Wetlands Day (WWD) 2023 pada Jumat (24/02/2023).
Peringatan Hari Lahan Basah 2023 dipusatkan di kawasan Taman Nasional Berbak Sembilang Provinsi Jambi, yang ditandai dengan pelaksanaan rangkaian kegiatan penanaman pohon, pelepasliaran satwa dan dialog.
Pohon yang ditanam adalah jenis Shorea Balangeran dan Cerbera Manghas masing-masing 15 bibit.
Sementara pelepasliaran satwa meliputi satu ekor Ungko (Hylobates Agilis), satu ekor Siamang (Symphalangus Syndactylus), satu ekor Simpai (Presbytis Melalophos), satu ekor Kukang Sumatera (Nycticebus Coucang), dan 20 ekor Jalak Kerbau (Acridotheres Javanicus).
Direktur BPPE KLHK mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki ekosistem lahan basah terluas kedua di Asia setelah Tiongkok, dengan luas mencapai 40,5 juta hektare (ha), atau sekitar 20 persen dari luas kawasan Indonesia.
Dengan luasan lahan basah yang besar ini, Indonesia memiliki berbagai keanekaragaman hayati yang sangat penting dan bernilai.
“Hal ini sekaligus merupakan aset Indonesia yang penting bagi upaya pembangunan dan kesejahteraan manusia,” tutur dia.
Pada kesempatan tersebut, Bupati Tanjung Jabung Timur yang diwakili Sekretaris Daerah (Sekda) Tnajung Jabung Timur, Sapril, menegaskan bahwa pihaknya berkomitmen untuk terlibat dalam restorasi lahan basah dan menjaga lingkungan, khususnya dari emisi karbon yang berasal dari lahan basah.
“Kami berkomitmen untuk terus menjadi bagian dari paru – paru dunia serta terus bekerjasama dengan pihak terkait dalam upaya restorasi lahan basah di Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada khususnya,” kata Sapril.
Sedangkan Kepala Balai TN Berbak-Sembilang, Bobby, mengatakan kegiatan pemulihan ekosistem seluas 215.54 ha pada tahun ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sumbangsih yang nyata dalam upaya konservasi lahan basah di Indonesia.
Dia juga mengatakan, pemilihan lokasi pelaksanaan acara di TN Berbak-Sembilang melalui beberapa pertimbangan, yakni merupakan Situs Ramsar yang ditetapkan pada 8 April 1992 dan telah menerima anugerah sebagai wilayah yang peduli terhadap lahan basah dari Sekretariat Konvensi Ramsar sebagai Wetland City Accreditation (WCA).
“Pelaksanaan kegiatan itu diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian lahan basah, meningkatkan peran aktif Pemerintah Daerah dan para pihak dalam bidang konservasi lahan basah, serta dapat merekomendasikan gagasan atau kebijakan-kebijakan baru untuk perlindungan ekosistem lahan basah Indonesia yang lestari dan berkelanjutan,” pungkas Bobby. (Akhirudin)