SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Pemerintah berusaha mengevakuasi satu keluarga warga negara Indonesia (WNI) dari Gaza, Palestina, setelah berhasil mengevakuasi empat WNI ke Kairo, Mesir.
“Terdapat satu keluarga WNI lagi yang terus berusaha kita evakuasi. Mereka terdiri dari tiga WNI yakni suami dan dua anak, serta seorang istri warga negara Palestina,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi melalui keterangan tertulisnya, Jumat (3/11/2023).
Pada Kamis (2/11/2023), keluarga WNI atas nama Muhammad Hussein itu sudah sampai di pintu perbatasan Rafah, tetapi karena masih terdapat isu administrasi yang sedang berusaha diurus dan diselesaikan, mereka belum berhasil menyeberang ke Mesir.
Terkait kendala tersebut, Retno mengatakan bahwa proses evakuasi warga negara asing dari Gaza—yang menjadi pusat pertempuran antara Israel dan kelompok Hamas Palestina—berbeda dengan evakuasi lainnya.
“Proses administrasi untuk dapat meninggalkan Gaza sangat ketat dan melibatkan banyak pihak kunci di Gaza. Jadi nama-nama itu harus mendapatkan approval (persetujuan) dari banyak pihak yang ada di Gaza, dan ini tidak kita alami di proses evakuasi yang sebelumnya. Sekali lagi, setiap evakuasi memiliki karakter masing- masing,” tutur Retno.
Oleh karena itu, pemerintah berusaha menggunakan semua jejaring untuk membantu proses evakuasi yang rumit itu.
Komunikasi juga terus dilakukan dengan keluarga Muhammad Hussein yang tinggal di Gaza selatan, yang jaraknya hanya 20 menit perjalanan darat dari perbatasan Rafah, dalam situasi normal.
“Harapan kita hari ini Jumat, di mana di negara-negara Arab adalah hari libur, pintu Rafah tetap dibuka. Harapan dan permintaan ini sudah saya sampaikan ke Menlu Mesir semalam. Saya sudah berkomunikasi dengan Menlu Mesir untuk menyampaikan permintaan agar pintu Rafah yang di bagian Mesir dapat dibuka di hari libur hari Jumat ini,” kata Retno.
Sebelumnya, Retno mengumumkan keberhasilan evakuasi empat WNI dan satu istri WNI yang merupakan warga negara Palestina, dari Gaza ke Mesir.
Keluarga Abdillah Onim itu telah dievakuasi pada Jumat dinihari dan sekarang berada di KBRI Kairo.
Selain dua keluarga WNI tersebut, terdapat tiga WNI relawan MER-C yang bertugas di Rumah Sakit Indonesia di Gaza, yang memutuskan untuk tetap tinggal dan melanjutkan kerja kemanusiaan mereka.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza menyatakan, sedikitnya 9.061 orang tewas, termasuk 3.760 anak-anak dan 2. 326 wanita sampai Kamis (2/11/2023).
Selain itu, dilaporkan sejumlah 32.000 orang lainnya terluka.
Sementara itu, di wilayah pendudukan Tepi Barat, Palestina, korban tewas mencapain 139 orang, 2.000 orang terluka, serta 1.960 orang ditahan oleh Israel sampai Rabu (1/11/2023).
Sedangkan, jumlah warga Israel yang tewas mencapai sedikitnya 1538 orang, termasuk 333 tentara dan 58 polisi, serta 5. 431 terluka.
Sedangkan menurut Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ), wartawan yang meninggal di Gaza akibat serangan Israel mencapai 31 orang.
Seperti dilansir sejumlah sumber, Hamas-gerakan Islam dan nasionalisme Palestina yang menentang pendudukan Zionis- telah meluncurkan ribuan roket dari Jalur Gaza ke Israel dan melakukan serangan langsung ke beberapa lokasi di Israel, Sabtu (7/10/2023).
Hamas mengklaim, serangan dengan nama Operasi Badai Al Aqsa itu untuk mengakhiri pendudukan terakhir di bumi. Serangan itu juga disebut balasan atas tindakan provokatif Israel di situs suci Yerusalem dan terhadap warga Palestina yang ditahan.
Sementara itu, Israel tak tinggal diam dan membalas serangan Hamas dengan melancarkan Operasi Pedang Besi. Operasi ini menargetkan infrastruktur Hamas di Jalur Gaza.
Gaza adalah wilayah Palestina yang pernah menjadi bagian dari Kekaisaran Ottoman, sebelum diduduki oleh Inggris dari 1918 hingga 1948, dan Mesir dari tahun 1948 hingga 1967. (Akhirudin)