SUARAINDONEWS.COM, Jakarta –
Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KemenP2MI) resmi mengajukan tambahan anggaran sebesar Rp1,3 triliun dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI. Bukan untuk beli kursi baru atau wallpaper kantor, tapi untuk hal yang jauh lebih penting: memastikan pekerja migran Indonesia tak hanya berangkat, tapi juga pulang dengan selamat dan sejahtera.
Menteri P2MI Abdul Kadir Karding, yang kini bisa saja dijuluki “Menteri Migran Milenial,” menjelaskan bahwa dari pagu indikatif anggaran KemenP2MI yang hanya Rp285 miliar, lebih dari 92 persennya habis buat belanja pegawai dan operasional. Sisanya? Hanya sekitar Rp2 miliar untuk program pelindungan dan penempatan.
“Jadi ya, bisa dibilang pekerja migran kita selama ini dilindungi pakai niat tulus dan doa ibu,” seloroh seorang staf (tak mau disebut nama) di sela rapat.
Karding menegaskan bahwa tambahan Rp1,3 triliun akan digunakan untuk hal-hal yang sangat strategis: mulai dari peningkatan pelatihan, penguatan sistem digital, sampai pengembangan infrastruktur pelindungan. Karena menurutnya, zaman sudah berubah—tak cukup hanya kirim tenaga kerja, tapi juga harus kirim tenaga kerja yang terampil dan siap saing global.
“Kita ingin pekerja migran kita bukan hanya jadi pekerja, tapi profesional. Biar kalau disuruh kerja di luar negeri, bisa sambil ajarin bosnya pakai Excel,” kata Karding, setengah serius, setengah promosi pelatihan vokasi.
Target penempatan pekerja migran juga naik: dari 297 ribu ke 400 ribu. Tapi KemenP2MI mengaku realistis. Kalau negara tujuan belum buka lowongan, ya masa mau kirim orang jadi penonton doang?
Kolaborasi juga jadi kata kunci. KemenP2MI akan menggandeng kampus, sekolah, dan kementerian lain. Bahkan, sistem digital bakal dimaksimalkan. Jadi layanan pelindungan dan penempatan bukan cuma cepat, tapi juga tidak membuat warga migran merasa seperti sedang bermain game puzzle birokrasi.
Apakah DPR akan menyetujui tambahan anggaran ini? Komisi IX memberi lampu hijau. Tentu, selama penggunaannya jelas dan bukan untuk hal-hal yang “migran sekali, manfaatnya nol”.
Dengan anggaran yang lebih manusiawi ini, diharapkan pekerja migran kita tak lagi jadi pahlawan devisa yang terlupakan, melainkan pahlawan sejati—lengkap dengan pelindungan, pemberdayaan, dan masa depan yang lebih cerah.
(Anton)