SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Harga perak dunia melonjak tajam hingga menembus US$51,30 per ounce atau sekitar Rp820 ribu (kurs Rp16.000 per dolar AS) pada Jumat (10/10/2025). Lonjakan ini menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah, menandai titik psikologis baru yang belum pernah disentuh selama lebih dari satu dekade terakhir.
Kenaikan signifikan ini mencerminkan permintaan global yang kuat di tengah pasokan yang semakin ketat. Dikutip dari The Economic Times, sejak awal tahun harga perak sudah naik lebih dari 70%, melampaui performa emas yang naik sekitar 54% dalam periode yang sama.
Permintaan Naik, Pasokan Menipis
Reli harga perak kali ini dipicu oleh meningkatnya minat investor terhadap aset lindung nilai (safe haven) di tengah ketidakpastian ekonomi global. Selain itu, permintaan industri terhadap logam ini juga terus meningkat — terutama untuk sektor energi surya, kendaraan listrik, dan elektronik berteknologi tinggi.
Pasar logam mulia kini diwarnai volatilitas tinggi. Analis mencatat, pergerakan harga perak cenderung 1,7 kali lebih cepat dibandingkan emas, baik saat naik maupun turun. Ukuran pasar yang lebih kecil dan fungsi ganda perak sebagai komoditas industri sekaligus aset investasi membuat fluktuasi harganya sulit dihindari.
Didorong Ekspektasi Penurunan Suku Bunga dan Pelemahan Dolar AS
Kenaikan harga perak juga dipengaruhi oleh ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) dan pelemahan dolar AS. Dolar yang lebih lemah membuat perak dan logam mulia lainnya menjadi lebih murah bagi pembeli di luar negeri, sehingga meningkatkan permintaan global.
Selain itu, meningkatnya kekhawatiran terhadap defisit anggaran AS dan tingginya utang nasional mendorong investor beralih dari aset berbasis kertas seperti saham dan obligasi ke logam mulia, terutama emas dan perak.
Pasokan Global Kian Ketat
Persediaan fisik perak di pusat perdagangan utama seperti London dan New York terus menurun. Produsen juga dilaporkan kesulitan memenuhi permintaan akibat hambatan logistik dan kapasitas pemurnian yang terbatas, yang menyebabkan keterlambatan pasokan. Kondisi inilah yang memperkuat tekanan naik pada harga perak di pasar global.
Terakhir kali harga perak menembus US$50 per ounce terjadi pada tahun 2011, dipicu oleh kekhawatiran inflasi dan krisis ekonomi global. Namun kali ini, reli harga didorong oleh fondasi industri yang lebih kuat, partisipasi investor yang lebih luas, dan gangguan pasokan yang nyata.
Sentimen Pasar Positif dan Arus Dana Masuk ke ETF Perak
Tembusnya level psikologis US$50 diperkirakan akan menarik lebih banyak pembeli baru. Banyak trader menganggap level tersebut sebagai area resistansi penting, dan keberhasilannya ditembus dapat memicu gelombang pembelian teknikal serta minat baru dari investor institusional.
Optimisme pasar juga tercermin dari meningkatnya aliran dana ke berbagai produk investasi berbasis perak, seperti iShares Silver Trust (SLV), Global X Silver Miners ETF (SIL), dan abrdn Physical Silver Shares ETF (SIVR). Aktivitas pembelian di instrumen ini meningkat tajam dalam beberapa pekan terakhir.
Prospek Cerah Hingga Akhir Tahun
Sejumlah analis memperkirakan tren bullish perak masih akan berlanjut hingga akhir 2025. Selama pasokan tetap ketat, permintaan industri tinggi, dan inflasi belum sepenuhnya terkendali, harga perak berpotensi terus menanjak.
Dengan momentum yang kuat, harga perak diprediksi dapat menantang rekor tertinggi sepanjang masa di kisaran US$52 per ounce dalam waktu dekat.
(Anton)