SUARAINDONEWS.COM, Selandia Baru — Kedengarannya seperti film fiksi ilmiah, tapi ini benar-benar nyata! Sekelompok ilmuwan sedang berusaha menghidupkan kembali burung raksasa moa, makhluk purba setinggi hampir 4 meter yang telah punah sekitar 600 tahun lalu.
Proyek ambisius ini digarap oleh Colossal Biosciences, perusahaan bioteknologi asal AS, bersama Sir Peter Jackson, sutradara legendaris di balik film Lord of the Rings dan The Hobbit.
Burung moa dulu adalah penghuni asli Selandia Baru — besar, tidak bisa terbang, dan menjadi simbol budaya bagi masyarakat Māori. Sayangnya, spesies ini punah akibat perburuan besar-besaran oleh para pemukim Māori pada masa lampau.
Ilmuwan Bekerja Sama dengan Suku Māori
Proyek ini tak hanya sekadar eksperimen ilmiah. Ngāi Tahu Research Centre, lembaga penelitian dari suku Māori, turut memimpin upaya ini bersama University of Canterbury.
“Bagi kami, moa bukan sekadar hewan. Ia adalah bagian dari kisah dan identitas leluhur kami,” kata arkeolog Māori Kyle Davis.
Menurutnya, partisipasi masyarakat adat dalam proyek ini penting untuk menjaga keseimbangan antara kemajuan sains dan nilai-nilai budaya.
Teknologi “Frankenstein” Burung Purba
Menghidupkan moa bukan perkara mudah. Para ilmuwan akan merekayasa DNA dari sembilan spesies moa yang sudah punah, lalu menggabungkannya dengan gen burung modern seperti emu (burung besar dari Australia) atau tinamou (burung darat kecil asal Amerika Selatan).
Rencananya, mereka akan menanam sel-sel hasil rekayasa itu ke dalam embrio emu, agar burung pengganti tersebut dapat menghasilkan telur dan sperma yang membawa gen moa.
Jika berhasil, hasil persilangan itu akan menetas menjadi “anak moa baru” — burung hasil kebangkitan zaman purba!
Namun, ada tantangan besar. Telur moa jauh lebih besar dari telur emu, jadi tim harus mengembangkan “telur buatan” untuk menginkubasi embrio raksasa ini.
Dari Film Fantasi ke Dunia Nyata
Sir Peter Jackson, sang sutradara Lord of the Rings, ikut berinvestasi dalam proyek ini.
“Ini bukan hanya tentang menghidupkan yang punah,” katanya, “tetapi juga menjaga agar spesies langka di Selandia Baru bisa bertahan untuk generasi mendatang.”
Keterlibatan Jackson memberi warna unik: seakan-akan dunia fantasi Middle Earth kini benar-benar hadir dalam laboratorium ilmiah.
Tantangan dan Kritik
Meski terdengar mengagumkan, beberapa ilmuwan memperingatkan risiko besar dari eksperimen ini.
Nic Rawlence, direktur Otago Palaeogenetics Lab, mengingatkan bahwa “menggabungkan gen emu dengan moa bisa menghasilkan efek samping biologis yang tak terduga.”
Namun, Beth Shapiro, kepala ilmuwan Colossal Biosciences, tetap optimistis. Ia mengatakan teknologi yang dikembangkan untuk moa ini bisa membantu konservasi burung langka lain di masa depan, bukan hanya proyek kebangkitan spesies purba.
Harapan untuk Ilmu dan Alam
Jika berhasil, moa bisa menjadi spesies pertama yang benar-benar “dibangkitkan” dari kepunahan total.
Proyek ini bukan sekadar tentang menciptakan hewan raksasa, tetapi tentang membuka jalan baru bagi sains, konservasi, dan kolaborasi antara manusia dan alam.
(Anton)