SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Pemerintah masih menutup rapat-rapat wisatawan asing untuk berlibur ke Indonesia akibat pandemi Covid-19. Ya, pembukaan jalur internasional saat ini bersifat terbatas yaitu hanya untuk orang-orang dengan tujuan tertentu maupun perjalanan esensial.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, penurunan kunjungan wisatawan mancanegara pada kuartal IV/2020 secara tahunan berada di level 88,45 persen. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada kuartal IV/2020 totalnya hanya 462.470 orang.
Adapun, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada kuartal III/2020 mencapai 153.500 orang atau anjlok 88,95 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dengan demikian, kenaikan jumlah wisatawan mancanegara pada Desember 2020 secara bulanan sebesar 13,58 persen dengan total 164.100 kunjungan belum berhasil mendongkrak pertumbuhan kunjungan kuartal terakhir tahun lalu.
Menanggapi hal itu, Komite III Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) menyebut bahwa sektor pariwisata Tanah Air saat ini mengandalkan wisatawan domestik.
“Indonesia saat ini masih belum bisa membuka jalur penerbangan internasional saat ini masih dalam rangka meningkatkan wisatawan mancanegara pada tahun ini. Namun, kita harus mendorong sektor pariwisata bergerak, salah satunya jalan dengan mengandalkan wisatawan domestik,” ujar Anggota Komite III DPD RI, Anak Agung Gde Agung, SH dalam keterangannya, Kamis (4/3/2021).
Meski demikian, dikatakan Senator asal Bali itu menyebut bahwa wisatawan domestik tersebut harus tetap mematuhi protokol kesehatan agar penyebaran wabah Covid-19 bisa tetap dikendalikan.
“Wisatawan domestik apabila dikelola dengan baik dan tetap mematuhi prokes (protokol kesehatan) sektor pariwisata ini tetap akan bergerak. Meskipun tidak maksimal, tetapi tetap ada pergerakan,” tuturnya.
Lebih lanjut, pria kelahiran Badung, Bali, 25 Mei 1949 itu mengakui upaya pemerintah dalam membatasi kunjungan wisatawan asing ke Indonesia berdampak besar kepada sektor pariwisata. Namun, ia menyebut upaya tersebut merupakan jalan terbaik untuk menekan angka penyebaran Covid-19.
“Dibukanya wisatawan asing akan membuka sektor jalur perhubungan yang memiliki resiko besar, untuk itu kita harus memanfaatkan potensi yang ada. Meskipun pergerakan wisatawan lokal tidak tinggi karena dibatasi, tetapi sektor ini tidak mati dan bisa terus bergerak. Ini iklim yang cukup positif dan sektor pendukung ikut hidup aktivitasnya,” jelasnya.
Disisi lain, Gde Agung juga prihatin dengan kondisi perekonomian di Bali yang sedang dalam kondisi memprihatinkan. Ia mengungkapkan pada tahun 2020, Bali menempati posisi terbawah dari 34 provinsi dengan pertumbuhan paling rendah.
“Kita ketahui, bahwa sekitar 80% ekonomi di Bali itu bergantung pada pariwisata. Namun, akibat pandemi Covid-19 ini, perekonomian pariwisata di Indonesia khususnya di Bali semakin memburuk. Tak bisa dipungkiri, bahwa industri pariwisata menjadi industri yang terdampak parah sejak munculnya wabah Covid-19 ini,” jelasnya.
Meski demikian, Gde Agung optimis sektor pariwisata khususnya di Bali bisa kembali bangkit. “Karena saat ini wisatawan asing masih belum banyak yang berkunjung, tentunya kita mengharapkan wisatawan domestik yang bisa mendongkrak sektor pariwisatan di Indonesia khususnya Bali yang saat ini perekonomiannya merosot,” bebernya.
Lebih lanjut, Gde Agung juga menanggapi positif langkah Kementerian Kesehatan untuk memasukkan sektor pariwisata sebagai penerima vaksin Covid-19 tahap kedua.
“Program vaksinasi nasional untuk sektor pariwisata mampu mengangkat kepercayaan diri dari pelaku usaha di industri tersebut,” tandasnya.
Sementara itu, Ketua DPD RI, AA LaNyala Mahmud Mattalitti mengungkapkan sektor pariwisata harus segera diselamatkan jika tidak ingin terus menerus hancur dihantam pandemi. Salah satu caranya adalah, memberikan prioritas vaksin kepada pelaku industri wisata.
“Yang dikhususkan untuk memberi waktu pemulihan dan membangkitkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif bagi pemilik sektor tersebut seperti hotel, restoran, rekreasi sehingga mereka dapat diberikan bantuan likuiditas dan bantuan restrukturisasi,” ungkap mantan Ketua Umum PSSI itu.
Senator asal Jawa Timur ini menambahkan, respon masyarakat atas vaksinasi walaupun beragam namun kebanyakan ingin segera mendapatkan vaksin, hal ini didasari oleh pertimbangan bahwa vaksin sebagai pelindung kesehatan secara pribadi.
“Kami di DPD selalu memantau kondisi industri pariwisata serta pasar, dan juga situasi dunia secara umum. Kami melihat optimisme pasar yang positif serta kesiapan industri untuk Kembali melakukan aktifitas usaha sudah dibekali dengan protocol yang baik,” terang LaNyalla. (EK)