SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto melakukan Operasi Pasar Gula (OPG) di Pasar Jatinegara dan Pasar Bekasi pada Selasa (26/5/2020).
Dalam OPG tersebut, Mendag menjual gula pasir sesuai harga eceran tertinggi (HET) Rp12.500/kg.
“Operasi pasar gula akan terus dilakukan. Di Pasar Baru Bekasi ini akan dipasok 4 ton setiap hari sampai harga turun dan stabil,” Mendag dalam keterangannya, Rabu (27/5/2020).
Menurut Agus, dalam OPG di Pasar Jatinegara, Kementerian Perdagangan (Kemendag) menggelontorkan 12 ton gula dan di Pasar Baru Bekasi sebanyak 4 ton. OPG tersebut bekerja sama dengan dua perusahaan yaitu PT Adikarya Gemilang dan PT Priscolin.
Sebagai catatan, sampai saat ini, total jumlah volume OPG yang dilakukan Kemendag sebanyak 36.516 ton. Tersebar di Kota Tangerang dan Tangerang Selatan (Banten), Bogor dan Bekasi (Jawa Barat), dan seluruh wilayah di DKI Jakarta, Kota dan Kabupaten Malang (Jatim), Bandar Lampung (Lampung), Jambi serta Riau (Kepri).
“Saya pastikan stok gula untuk seluruh wilayah di Indonesia pada masa Lebaran ini sampai masa panen tebu rakyat tiba, dapat dipastikan cukup dan harga terjangkau masyarakat,” ujar Agus.
Berdasarkan pantauan Kementerian Perdagangan per 26 Mei 2020, harga rata-rata nasional gula pasir saat ini telah mengalami penurunan sangat signifikan lebih dari 10,38% dibandingkan pada bulan sebelumnya.
Bahkan, di pasar ritel modern, harga gula tetap stabil normal sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) sebesar Rp12.500/kg. Harga rata-rata nasional sudah berada pada kisaran Rp14.000 hingga Rp16.500/kg.
Mendag mengungkapkan hasil evaluasi sementara, tentang masih tingginya harga gula pasir di masyarakat.
Pertama, bergesernya musim giling tebu rakyat yang biasanya dimulai di bulan Maret bergeser menjadi bulan Juni akibat adanya perubahan iklim.
Kedua, adanya mata rantai distribusi yang cukup panjang untuk sampai ke tangan konsumen.
Ketiga, ada pelaku bisnis gula nakal baik produsen, distibutor, maupun pedagang di pasar yang terbukti menahan gula dan mempermainkan harga apalagi di tengah kondisi pandemi Covid-19 seperti saat ini.
Keempat, belum maksimalnya realisasi impor oleh pabrik gula berbasis tebu sehingga jadwal produksi dan distribusi gula pasir ke masyarakat mengawali pergeseran jadwal.
Pasokan impor gula mentah sebagai bahan baku gula pasir yang semula diperkirakan akan masuk di Indonesia pada Maret dan April 2020 bergeser menjadi Mei dan Juni 2020.
Begitu juga impor gula pasir langsung (GKP) oleh Bulog juga baru terealisasi bulan Mei dan Juni 2020.
“Menurut evaluasi sementara, pergeseran ini terjadi akibat beberapa negara tujuan impor menjalankan lockdown atau karantina wilayah untuk mengurangi penyebaran Covid-19. Selain itu importir juga kesulitan mencari transportasi angkutan karena adanya protokol kesehatan yang harus diikut di negara asal impor sehingga kondisi memicu pergeseran,” ungkap Mendag.
Sangat penting
Sementara itu, Walikota Bekasi Rahmat Effendi mengatakan, kunjungan Mendag Agus sangat penting dalam menurunkan harga kebutuhan pokok dan ketersediaannya sehingga lebih terjangkau masyarakat Bekasi.
“Saya juga perlu melaporkan baru saja kami lakukan test SWAB untuk pedagang di 14 pasar dan hasilnya semua negatif. Kami menjaga agar pasar tetap mengedepankan protokol kesehatan. Kesehatan harus dijaga, yang sakit diobati. Tetapi ekonomi rakyat harus didorong,” kata Rahmat.
Sedangkan Kepala Satgas Pangan Irjen Daniel Tahi Monang Silitonga dalam konferensi pers ini menyatakan telah menindak 17 pelaku bisnis gula yang nakal.
“Namun semuanya masih kami perlakukan secara persuasif sebagai pembinaan kepada pelaku bisnis. Yang terpenting adalah barangnya beredar untuk mencukupi kebutuhan masyarakat dan ada langkah konkrit penegakan sanksi. Nanti setelah Covid-19 baru akan kami lakukan tindakan hukum lebih tegas,” tegas Daniel.
Mendag Agus menambahkan tindakan tegas memang akan terus dilakukan kepada setiap pelaku bisnis gula yang nakal.
“Saat ini kami menindak dan memberi sanksi administratif,” katanya.
Baca juga: Mendag: Harga Kebutuhan Pokok Tetap Stabil
Pemerintah, lanjutnya, sudah menugaskan produsen gula rafinasi untuk mengalihkan produksi gula rafinasi menjadi gula konsumsi untuk memenuhi kebutuhan pasar menjelang Puasa dan Lebaran sebesar 250.000 ton.
Ia juga meminta produsen dan distributor untuk memutus mata rantai distribusi yang panjang. Gula harus bisa langsung didistribusikan ke pasar rakyat dan ritel modern, seperti yang saya tekankan tadi.
Dalam memotong mata rantai distribusi, produsen harus menyalurkan atau menjual gula secara langsung ke pedagang di pasar rakyat dan ke ritel modern.
Penjualan ini terus dikawal dan dimonitoring oleh Ditjen Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (PKTN) bersama dengan Satgas Pangan agar harga sesuai HET.
Selain itu dilakukan OPG langsung untuk menurunkan harga secara signifikan. Operasi pasar dilakukan melalui kerjasama dengan produsen dan distributor gula yang menyalurkan gula secara langsung ke pasar dengan harga sesuai HET Rp12.500/kg.
“Terakhir melakukan penindakan kepada pelaku bisnis atau distributor gula yang nakal karena melakukan penyimpangan distribusi gula. Penindakan dilakukan Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (PKTN) bersama Satgas Pangan,” katanya. (EK)