SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Presiden Jokowi saat membuka Rapat Kerja Perdagangan RI mengakui bahwa kinerja perdagangan Indonesia masih belum maksimal lantaran masih mengandalkan pasar ekspor tradisional seperti Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok dan Eropa. Sementara itu banyak peluang pasar baru yang belom dimanfaatkan untuk mengenjot kinerja ekspor Indonesia seperti Afrika Selatan, Eurosia, Timur Tengah, India, bahkan Pakistan dan Srilanka.
Oleh karenanya, Kementerian Perdagangan dibawah kendali Engartiasto Lukito, memantapkan langkah ke depan untuk menjaga stabilitas harga domestik dan mendorong kinerja
perdagangan internasional dengan sejumlah terobosan. Yakni melalui pembangunan paradigma baru, menguatkan sinergi, dan memantapkan koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan.
“Sebagai pelaksanaan arahan Bapak Presiden, dalam bidang perdagangan dalam negeri, kami fokus pada pembangunan sistem informasi yang terhubung dari pusat ke daerah. Sementara dalam perdagangan internasional, usaha menembus pasar-pasar baru harus dibarengi dengan usaha menghasilkan perjanjian dagang internasional yang menguntungkan dan sejalan dengan kepentingan nasional kita,” kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dalam konferensi pers penutupan raker Kemendag di Jakarta, hari ini, Rabu (22/2/2017).
Seperti diketahui pasar Afrika Selatan memiliki potensi 550 Miliar US$, sementara ekspor Indonesia masih 4,2 Miliar US$. Begitu pula pasar
Eurosia yang berpotensi 251 Miliar US$, sedangkan ekspor Indonesia masih tak sampai 1 Miliar US$. Termasuk Timur Tengah dengan potensi 975 Miliar US$, ekspor Indonesia 5,2 Miliar US$, serta pasar ekspor India 375 Miliar US$, sementara ekspor Indonesia masih sebesar 10,1 Miliar US$.
Keluhan terhadap maksimalisasi Indonesia Trade Promotion Centre (ITPC), PPI, Atase Perdagangan juga Diaspora menjadi catatan penting lainnya sepanjang rapat kerja yang turut juga disikapi sejumlah pelaku bisnis. Lantaran keberadaannya tidak berfungsi baik terutama dalam pengembangan pasar ekspor baru Indonesia.
“Kita harus menjawab tantangan dan dinamika yang terus berkembang dengan mengadopsi paradigm baru, cara berpikir atau mindset baru. Tidak bisa lagi cara-cara lama digunakan untuk merespons situasi sekarang. Insan Perdagangan tidak boleh lagi pasif dan birokratis, tapi proaktif dan profesional. Ini kesepakatan kami yang akan kami jalankan dan kami awasi bersama,” tegas Enggar lebih lanjut.
Namun demikian, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang CSR dan Persaingan Usaha, Suryani Sidik Motik, mengingatkan bahwa potensi pasar ekspor non tradisional Indonesia memang masih terbuka lebar. Hanya saja dibutuhkan peran pemerintah yang lebih baik lagi, seperti subsidi suku bunga, hadirnya perusahaan negara yang menjembatani seperti PPI, hilangnya uang siluman, pungutan liar, kebijakan pajak ekspor clear, dan sebagainya.
“Kalau kita tahu intelejensia pasarnya, kebutuhannya, fasilitasinya, follow up nya, trader or buyernya, dan pemerintah fokus, apalagi Indonesia memiliki harga yang bersaing, kualitas yang baik, serta memiliki kedekatan lainnya. Tak mengherankan bila produk apparel, alas kaki, kosmetik, baju muslim, rempah-rempah dan produk UKM lainnya dapat merambah pasar baru tersebut. One village one produk pun bisa dimanfaatkan,” ungkap Suryani.
Kemendag telah menyiapkan implementasi reorientasi dan reposisi peran perwakilan perdagangan, baik Atase Perdagangan (Atdag) maupun Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) agar lebih proaktif menjadi agen bisnis, serta meninjau lokasi dan perluasan wilayah kerja negara terakreditasi.
Untuk meningkatkan peran sebagai agen bisnis, telah disusun 10 produk andalan, 10 pembeli potensial, dan 10 penjual potensial; menetapkan strategi pemasaran dengan perimbangan antara mempertahankan pasar lama dan mencari pasar baru, business intelligence, pemahaman dan penanganan hambatan teknis perdagangan dan trade remedies secara cepat, serta menyusun rencana aksi promosi.
“Di sinilah menjadi relevan kebutuhan mengubah pola pikir dari agen pemerintah menjadi agen bisnis yang proaktif, inovatif, dan berorientasi solusi,” tutup Enggar. (tjo/tony)