SUARAINDONES.COM, Jakarta-Suplemen kolekalsiferol atau vitamin D selama 12 minggu dapat menurunkan gejala depresi pada pasien diabetes melitus tipe 2. Demikian hasil penelitian Dr.dr. Rudi Putranto, Sp.PD.Subs.Psi (K).MPH FINASIM, dari Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, kepada Suaraindonews.com baru-baru ini.
Rudi Putranto menguraikan, hasil ini sesuai dengan berbagai studi uji klinis dan meta analisis sebelumnya, yang juga menunjukkan skor BDI -II dengan dosis suplementasi beragam.
“Diketahui bahwa vitamin D meregulasi produksi serotonin. Seretonin adalah neurotransminter utama yang terlibat dalam regulasi mood. Vitamin ini juga meningkatkan ekspresi gen tirosin hidroksilase dan meningkatkan bioavaibilitas diopamin dan noradrenalin sehingga dapat memperbaiki gejala depresi,” katanya.
Sedangkan Depresi, ujar dokter Rudi, adalah masalah kesehatan masyarakat yang bermakna terus meningkat.
Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menurutnya, menunjukan prevalensi depresi mencapai 6,1% dari jumlah penduduk Indonesia. Atau setara dengan 11 juta orang.
Kejadian depresi pada penyandang Diabetes Melitus tipe 2 lebih besar dibandingkan populasi umum dan depresi dapat ditemukan pada satu dari empat penyandang DM tipe 2. Kejadian depresi dan diabetes melitus secara bersamaan dapat memperburuk pronosis dan meningkatkan mortalitas.
“Beberapa studi juga telah menunjukan adanya peran vitamin D abnormal terhadap perkembangan DM tipe 2,” ujar dokter yang pernah bertugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur.
Defisiensi Vitamin D juga dihubungkan dengan resistensi insulin dan disfungsi sel beta pangkreas. Pemberian suplementasi Vitamin D terhadap gejala fisik dan mental DM tipe 2 telah dilaporkan pada beberapa publikasi.
Namun, katanya, antidepresan telah diketahui dapat meningkatkan glukosa darah dan berat badan. Oleh sebab itu, sangat penting pemberian terapi tambahan pada penyandang DM tipe 2 untuk mencegah depresi. Penelitian sebelumnya, menunjukan bahwa Vitamin D memiliki efek antidepresan.
“Penelitian pada populasi pasien DM tipe 2, pada suatu uji klinis mengenai peran Vitamin D (kolekalsiferol) pada penyandang DM tipe 2 yang sangat relevan mengingat angka morbiditas, komplikasi dan mortalitas pasienya semakin meningkat di Indonesia,” ungkap dokter Rudi.
Penelitiannya dilakukan dengan maksud mengetahui pengaruh pemberian Vitamin D 4000 IU terhadap penurunan BDI II pasien DM tipe 2 dan pengaruhnya terhadap kadar NT-3, seretonin, C-peptide dan VDR.
Selain itu, penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara NT-3, Seretonin, C-Peptide dengan skor BDI II dalam dunia farmakologi.
“Penelitian ini dilakukan di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada pasien rawat jalan di Poli Endokrin, sejak bulan Maret 2021 hingga September 2022,” tutur dokter Rudi, yang pernah mengikuti World Congres of International Medicene di Bali tahun 2016.
Dipaparkannya, subjek penelitian dibagi dua dua kelompok yaitu kelompok yang mendapatkan kolekalsiferol 4000 IU per hari dan kelompok yang mendapatkan plasebo.
Subjek dirandomisasi menggunakan teknik randomisasi permutasi bkok 4.6. Jumlah sampel pada kelompok yang mendapat kolekalsiferol sebanyak 40 subjek, sedangkan pada kelompok plasebo sebanyak 37 subjek.
Baik peneliti, dokter penanggungjawab pelayanan (DPJP), maupun subjek (pasien) tidak mengetahui jenis terapi yang diberikan.
Penelitian dokter Rudi Putranto, ini memperkuat pilar pengelolaan DM tipe 2 yang telah dicanangkan oleh Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, yaitu pengaturan nutrisi, pengobatan farmakologi, latihan fisik, edukasi, dan monitor kadar glukosa darah. Sumplementasi yang diberikan sebenarnya dapat diperoleh secara alami melalui sumber sinar matahari dan makanan kaya Vitamin D. (Ahmad Djunaedi).