SUARAINDONEWS.COM, Jakarta — Hari Pahlawan kali ini terasa beda. Bukan cuma upacara, bukan pula sekadar tabur bunga di taman makam. Presiden Prabowo Subianto tampil gagah di Istana Negara untuk menganugerahi gelar Pahlawan Nasional kepada 10 tokoh besar yang pernah mengukir sejarah bangsa — dari kyai kharismatik, aktivis buruh tangguh, hingga mantan presiden legendaris.
Kalau biasanya kita hanya mengenang pahlawan lewat patung dan nama jalan, kali ini pemerintah benar-benar “menyegarkan daftar pahlawan” dengan deretan tokoh dari berbagai bidang. Dari Gus Dur yang ramah, sampai Soeharto yang terkenal tegas, semuanya hadir dalam satu daftar yang bikin banyak orang bilang, “Lengkap nih, kayak album kompilasi sejarah Indonesia!”
Siapa Saja Mereka?
Gelar kehormatan ini resmi diberikan lewat Keputusan Presiden Nomor 116/TK/2025, dan berikut sepuluh nama yang dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional 2025:
- K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) – Presiden ke-4 RI, ikon toleransi dan humor politik. Dikenang karena bisa menertawakan masalah bangsa sambil tetap bijak.
- Jenderal Besar H.M. Soeharto – Presiden ke-2 RI, dijuluki Bapak Pembangunan. Ada yang pro, ada yang kontra, tapi jasanya membangun infrastruktur diakui banyak pihak.
- Marsinah – Aktivis buruh perempuan yang berani memperjuangkan hak pekerja di masa sulit. Simbol keteguhan dan keadilan sosial.
- Prof. Mochtar Kusumaatmadja – Ahli hukum dan politik luar negeri, otaknya encer dan bicaranya halus, tapi kalau soal prinsip, tegas luar biasa.
- Hajjah Rahmah El Yunusiyyah – Pelopor pendidikan perempuan dari Sumatera Barat. Tanpa beliau, mungkin sekolah perempuan dulu belum semaju sekarang.
- Jenderal Sarwo Edhie Wibowo – Sosok militer disegani, ayah dari Ani Yudhoyono, kakek dari Agus Harimurti Yudhoyono. Perannya besar dalam menjaga stabilitas nasional.
- Sultan Muhammad Salahuddin – Pemimpin bijak dari NTB, memperjuangkan pendidikan rakyat di daerahnya.
- Syaikhona Muhammad Kholil – Ulama besar dari Madura, guru para pendiri pesantren. Kalau beliau masih ada, mungkin sudah viral di TikTok karena karismanya.
- Tuan Rondahaim Saragih – Pejuang dari Tanah Simalungun, Sumatera Utara. Tegas, tangguh, dan tak mau tunduk pada kolonial.
- Sultan Zainal Abidin Syah – Tokoh dari Maluku Utara yang menjaga kedaulatan Indonesia di wilayah timur.
Dari Istana untuk Bangsa
Dalam upacara di Istana Negara, Prabowo mengatakan bahwa penghargaan ini bukan sekadar formalitas, tapi pengakuan atas pengorbanan nyata.
“Kita tidak boleh lupa pada jasa mereka. Tanpa pahlawan, tidak ada Indonesia yang berdiri tegak hari ini,” ujar Prabowo.
Di antara tamu yang hadir, ada keluarga para pahlawan, tokoh agama, hingga aktivis muda. Suasananya khidmat tapi hangat — sesekali senyum muncul saat nama Gus Dur disebut, karena humor-humor beliau seolah masih hidup di ingatan banyak orang.
Dari Pahlawan ke Teladan
Masing-masing tokoh membawa pesan moral berbeda. Gus Dur mengingatkan kita pentingnya toleransi dan tawa di tengah perbedaan. Marsinah mengajarkan keberanian bersuara meski di bawah tekanan. Dan Soeharto mengingatkan betapa pentingnya disiplin dan pembangunan jangka panjang (walau kadang “tegasnya” bikin generasi sekarang melongo).
Kalau dijadikan pantun, kira-kira begini:
Jalan ke Istana lewat Monas,
Angin berhembus lembut di taman.
Pahlawan datang dari banyak kelas,
Tapi semangatnya tetap satu: perjuangan!
Semangat Baru di Hari Pahlawan
Penganugerahan ini mengingatkan masyarakat bahwa pahlawan bukan cuma mereka yang angkat senjata, tapi juga yang berjuang lewat ilmu, pendidikan, budaya, dan keadilan sosial.
Seperti kata seorang tamu di istana,
“Kalau Gus Dur pahlawan karena humor dan toleransinya, semoga kita juga bisa jadi pahlawan—minimal pahlawan bagi lingkungan kerja dan keluarga.”
Hari Pahlawan bukan cuma soal masa lalu, tapi tentang semangat masa depan. Kita semua bisa jadi pahlawan, asalkan berani jujur, bekerja tulus, dan berpikir untuk bangsa.
Pahlawan itu bukan yang punya pangkat, tapi yang punya niat.
(Anton)



















































