SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Salah satu pelukis maestro legendaris Indonesia, Hendra Gunawan tentunya tidak asing bagi para penikmat seni. Karakter lukisannya yang berani dengan goresan cat tebal, dan juga memiliki ekspresi warna kontras apa adanya. Tidak heran karya-karyanya banyak menarik minat dan dikoleksi para kolektor seni.
Bahkan pencapaian harga lukisannya yang berjudul Ali Sadikin During the Independence War, dihargai senilai HKD 33,240,000 melalui balai lelang Sotheby’s di Hong Kong pada medio 2016 lalu, yang merupakan salah satu lukisan termahal dalam sejarah seni modern Asia.
Perjalanan aliran lukisan karya Hendra Gunawan pada awalnya adalah realisme yang melukiskan tema-tema tentang perjuangan sebelum kemerdekaan, namun setelah era kemerdekaan, karya-karya lukisan bermetamorfosa kedalam aliran lukisan ekspresionisme, tema-tema lukisanya tentang sisi-sisi kehidupan masyarakat pedesaan.
Hendra Gunawan yang sejajar dengan maestro pelukis Indonesia lainnya seperti Affandi, S. Sudjojono, dan Basuki Abdoelah, lewat Museum Ciputra Artpreneur, akan ditampilkan koleksi seni rupa dari Dr. (HC) Ir. Ciputra yang secara dominan memperlihatkan kekaryaan Hendra Gunawan yang serta merta memberikan informasi dan perspektif tentang perkembangan Seni Indonesia dari periode modernisme sampai hari ini.
Dan di tahun 2018 ini, hal tersebut terwujud untuk memperingati 100 tahun atau SeAbad sosok Hendra Gunawan. Sekaligus menjadi Pameran Koleksi Terbesar Pertama kalinya dari Dr. (HC) Ir. Ciputra untuk dinikmati publik. Dimana berksngsung pada 4 – 12 Agustus 2018, dengan payung kuratorial “Wanita dan Keluarga”, yang dikuratori Agus Dermawan T. dan Aminudin TH Siregar.
Disamping, Peringatan 100 tahun Hendra Gunawan di Museum Ciputra Artpreneur juga akan diramaikan pameran senirupa kontemporer, sebagai bentuk respon terhadap karya-karya dari sang Maestro dengan mengajak lebih dari 70 seniman kontemporer Indonesia yang dikuratori Rifky Effendy, salah satu kurator senirupa kontemporer Indonesia.
Bagi kurator Aminudin TH Siregar, “Keragaman Hendra dalam menghadirkan wanita membuatnya memiliki kekhasan tersendiri dalam sejarah seni lukis Indonesia. Ia, misalnya, melukiskan kaki-kaki wanita menopang berat tubuhnya dengan betis besar membangun persepsi tentang sosok pekerja keras yang mandiri dan terhindar dari subordinasi laki-laki.
“Representasi-representasi tersebut menunjukkan ‘pembelaan’ dan juga cara Hendra ‘memperjuangkan’ peran wanita di keluarga yang tentu saja berhubungan dengan kiprahnya di organisasi berideologi kiri yang memang dikenal aktif memperjuangkan emansipasi perempuan,” jelasnya.
Hendra Gunawan lahir di Bandung, Jawa Barat pada tahun 1918 dan wafat di Denpasar, Bali, pada tanggal 17 Juli 1983. Dengan talenta sebagai seorang pelukis senior dan memiliki karakter karya lukisan yang khas, menjadikan namanya masuk dalam daftar Pelukis Maestro Legendaris ternama Indonesia. Dan tentunya peringatan 100 tahunnya tersebut akan menjadi sebuah momen yang berkesan yang dapat dinikmati seluruh masyarakat.
Pendirian Museum Ciputra Artpreneur berawal dari persahabatan yang erat antara Dr. (HC) Ir. Ciputra dengan pelukis Hendra Gunawan, yang kemudian didedikasikan sebagai ruang untuk menikmati dan mempelajari seni, serta kaitannya dengan kesejarahan bangsa Indonesia.
Keberadaannya diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk pengembangan komunitas sosial endogen yang kesaksiannya melestarikan sambil meminjamkan suara untuk aspirasi budaya mereka.
Museum bercita-cita untuk membantu publik menampilkan identitas dan keragaman mereka di dunia yang terus berubah. Ini menciptakan peluang pendidikan bagi para pengunjung dan mengakomodasi pengalaman, yang mengarah pada apresiasi seni Indonesia yang lebih besar.
Museum Ciputra Artpreneur terletak di superblok CiputraWorld 1 Jakarta yang merupakan bagian dari Ciputra Artpreneur, berdiri berdampingan dengan sebuah galeri yang dapat digunakan untuk berbagai acara, dan juga teater berstandar internasional.
(tjo ; foto ist