SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Anggota Komisi X DPR RI, Rano Karno, Memberikan apresiasi terhadap implementasi Kurikulum Merdeka. Terkait hal ini, dirinya berpandangan terdapat tiga prinsip pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka.
“Penyederhanaan kurikulum dalam kondisi khusus di masa pandemi telah memitigasi ketertinggalan pembelajaran atau learning loss. Karena itu perubahan kurikulum penting dilakukan secara lebih komprehensif sehingga terwujudlah Kurikulum Merdeka,” Katanya saat Workshop Pendidikan: Sosialisasi Kurikulum Merdeka di Kota Tangerang Selatan, Banten, Senin (28/8/2023).
Rano Karno, menjelaskan, ada tiga prinsip pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka. Pertama, pembelajaran intrakurikuler, yaitu pembelajaran yang dilakukan secara terdiferensiasi sehingga siswa dapat memahami konsep sesuai dengan waktu yang dibutuhkan dan guru bebas memilih perangkat ajar sesuai dengan karakter siswanya.
Kedua, ujarnya, pembelajaran kokurikuler, yaitu menerapkan projek profil pelajar Pancasila yang berfokus pada pengembangan karakter dan kompetensi umum siswa.
Sedangkan yang ketiga, pembelajaran ekstrakurikuler, yaitu pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan bidang yang diminati siswa dan sumber daya yang dimiliki satuan pendidikan.
“Jalan untuk memajukan pendidikan tidak selalu mudah. Mari kita bekerjasama untuk masa depan yang lebih gemilang melalui kebijakan Kurikulum Merdeka,” imbau Rano Karno, aktor yang pernah berperan sebagai Si Doel dan menjadi sutradara, dalam Sinetron “Si Doel Anak Sekolahan”.
Sementara itu dalam kesempatan sosialisasi kurikulum tersebut, Pelaksana Tugas Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran (Puskurjar) Kemendikbudristek, Zulfikri Anas, menjelaskan bahwa saat ini hampir 70 persen satuan pendidikan di seluruh Indonesia telah menerapkan Kurikulum Merdeka melalalui program Sekolah Penggerak, SMK Pusat Keunggulan, dan Implementasi Kurikulum Merdeka Jalur Mandiri.
“Sekitar 30 persen sekolah belum mengimplementasi Kurikulum Merdeka, sebenarnya sudah mendapatkan informasi mengenai Kurikulum Merdeka melalui program Guru Berbagi atau komunitas-komunitas belajar,” katanya.
Zulfikri menjelaskan, informasi hal itu sudah sampai lewat Platform Merdeka Mengajar (PMM), webinar, komunitas belajar dan sebagainya.
Kemendikbudristek, ujarnya, telah merancang kurikulum sesederhana mungkin sehingga dapat diterapkan secara fleksibel dalam situasi apapun.
Implementasi Kurikulum Merdeka secara terbatas dimulai pada tahun 2021 di Sekolah Penggerak yang berada di 111 kabupaten/kota. Pada tahun 2022 dimulai implementasi Kurikulum Merdeka untuk Jalur Mandiri.
Prinsip utama dalam Kurikulum Merdeka adalah materinya sederhana, esensial, fleksibel, dan kontekstual serta relevan dengan kebutuhan di daerahnya masing-masing.
Kurikulum Merdeka juga fokus pada penguatan karakter sehingga memberikan kepada guru untuk berkreasi dalam kondisi apapun.
Zulfikri menuturkan, sesuai kodrat dan fitrahnya sebagai manusia, tiap anak memiliki potensi yang berbeda satu sama lain, karena itu, harus bisa memfasilitasi potensi yang berbeda-beda itu agar mereka bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa kemerdekaan berpikir hendaknya diberikan kepada anak agar memiliki rasa percaya diri.
Hal itu, lanjutnya, sejalan dengan Kurikulum Merdeka yang merangsang anak agar bisa menerapkan olah hati, olah pikir, olah rasa, olah karsa dan olah raga.
“Dalam situasi apapun, yang penting adalah mindset gurunya yang tidak lagi mengejar ketuntasan materi kurikulum, tapi membantu anak untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi fitrahnya,” katanya. (Ahmad Djunaedi)