SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Pernyataan kontroversial muncul dari Duta Besar Israel untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Gilad Erdan, yang mengancam bahwa markas besar PBB di New York seharusnya “dihapus dari muka bumi”. Ucapan ini dilontarkan dalam sebuah wawancara dengan harian Israel, Maariv, yang diterbitkan pada hari Selasa.
Dalam wawancara tersebut, Erdan menegaskan, “Bangunan PBB harus ditutup dan dihapus dari muka bumi.” Pernyataan ini segera menarik perhatian publik internasional, terutama mengingat posisinya yang saat ini masih menjabat sebagai Duta Besar Israel untuk PBB. Erdan menambahkan, “Bangunan ini mungkin terlihat bagus dari luar, tapi sebenarnya penuh dengan kebengkokan dan distorsi.”
Kritik terhadap PBB dan Pimpinan Israel
Gilad Erdan, yang dikenal sebagai sekutu setia Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, telah lama mengkritik PBB atas apa yang disebutnya sebagai “bias terhadap Israel”. Pernyataan keras ini bukan kali pertama Erdan mengkritik PBB. Sebelumnya, ia pernah mengusulkan langkah-langkah ekstrem seperti menutup kompleks PBB di Yerusalem dan mengusir para kepala badan PBB yang ditempatkan di Israel. “Ini adalah pesan jelas bahwa keberpihakan PBB akan ada konsekuensinya,” ujar Erdan dengan tegas.
Dalam wawancara terpisah dengan i24News, Erdan menyatakan rasa frustrasinya atas situasi di PBB, meskipun ia merasa puas dengan perjuangan dan pekerjaannya di sana. “Di satu sisi, saya merasa puas dengan perjuangan dan pekerjaan saya di sini, tetapi di sisi lain, saya merasa sangat tertekan dan frustrasi dengan kenyataan bahwa gedung ini, yang mungkin tampak bagus dari luar, sebenarnya rusak dan terdistorsi,” ungkapnya.
Pernyataan ini muncul di tengah serangan besar-besaran Israel di Jalur Gaza yang telah berlangsung sejak 7 Oktober 2024. Meskipun Mahkamah Internasional (ICJ) telah memerintahkan penghentian serangan militer di Rafah, Israel terus melanjutkan serangannya tanpa mengindahkan keputusan yang mengikat secara hukum tersebut. Israel kini dihadapkan pada tuduhan pelanggaran kewajiban internasionalnya di bawah Konvensi Genosida.
Dampak Serangan Israel di Gaza
Hingga saat ini, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 40.173 warga Palestina telah tewas dan 92.857 lainnya terluka akibat serangan Israel. Selain itu, setidaknya 11.000 orang dilaporkan hilang, diduga tewas di bawah reruntuhan bangunan yang hancur. Banyak organisasi internasional, termasuk yang berbasis di Palestina, menegaskan bahwa sebagian besar korban tewas dan terluka adalah perempuan dan anak-anak.
Serangan Israel juga menyebabkan pengungsian massal hampir dua juta warga Gaza, sebagian besar terpaksa melarikan diri ke Rafah yang sudah padat penduduk. Peristiwa ini disebut sebagai eksodus terbesar Palestina sejak Nakba pada 1948, saat ribuan warga Palestina dipaksa meninggalkan rumah mereka.
Kritik terhadap PBB dan UNRWA
Erdan, yang juga dipandang sebagai kandidat potensial untuk menggantikan Netanyahu sebagai pemimpin Partai Likud, tidak hanya mengkritik PBB secara keseluruhan, tetapi juga secara khusus menargetkan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres serta Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA). Erdan menuduh badan-badan ini melakukan “ketidakadilan terhadap Israel”.
Pernyataan dan tindakan Erdan ini semakin memperkeruh hubungan antara Israel dan komunitas internasional, yang selama ini sudah tegang akibat tindakan militer Israel di Gaza.
Kesimpulan
Pernyataan Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan, menambah ketegangan dalam hubungan Israel dengan komunitas internasional, khususnya dalam konteks serangan yang terus berlangsung di Jalur Gaza. Dengan lebih dari 40.000 korban jiwa dan pengungsian massal yang terjadi, dunia internasional semakin mempertanyakan kebijakan Israel, sementara pernyataan kontroversial Erdan ini memperjelas sikap Israel yang semakin keras terhadap PBB dan badan-badan internasional lainnya.
(Anton)