SUARAINDONEWS.COM, Bogor-Berangkat dari Indonesia sebagai negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia sekaligus sebagai negara Islam yang demokratis, memiliki kekhasan budaya yang disimbolkan dalam kalimat Bhinneka Tungga Ika. Baragam suku, bahasa dan agama disatukan dalam wilayah Nusantara dan tunduk dalam sistem kenegaraan berdasar Panca Sila, satu filsafat kenegaraan yang memayungi dan melindungi seluruh warga Negara.
Oleh karena itu lewat Silaturahmi dan Doa Bersama bersama para ulama, tokoh masyarakat dan tokoh budaya se Jawa Barat, dilaksanakan sosialisasi pembangunan ‘Asmaul Husna’ yang diwujudkan lewat 99 Miniatur Masjid Dunia
dari 86 negara. Dimana pada setiap miniature masjid akan terhidang informasi sejarah, kuliner dari Negara asal dan souvenir dari Negara asal masing-masing masjid.
Sebagai pusat interaksi peradaban Islam maka dalam taman wisata itu juga akan didirikan hotel berbintang, perpustakaan, musium Qur`an, Gedung serba guna, Universitas Islam international, laboratorium IPTEK, Rumah Sehat (hospital), boording school dan Pesantren online. Selain Desa Adat Tahun 1200, Pesantren, Sanggar GOLOK , Sanggar BAMBU, sarana berkesenian Islami, termasuk majlis zikir dan pasulukan bagi penganut tarekat sufi. Dimana Mustafa Debu akan menjadi orang pertama pengasuh pengembang music zikir di taman ini serta fasilitas penunjang lainnya seperti Kebun Buah Nusantara, Danau Buatan, dan Camping Ground.
Kawasan wisata religi internasional seluas 215 hektar ini berlokasi di Sukajaya, Kabupaten Bogor, mencerminkan karakter Islam sebagai rahmat bagi alam semesta, rahmatan lil`alamin. Diharapkan Taman Miniatur ini akan berfungsi sebagai oase peradaban Islam yang datang dari seluruh dunia. Proyek yang disponsori Yayasan Amanah Kita dan diperkirakan pembangunannya akan menelan waktu antara 7-10 tahun dengan anggaran 20 trilyun ini merupakan “ilham” dari “langit”.
Oleh karena itu para pendukung berdirinya Taman Miniatur ini tidak merasa terbebani, karena merasa diperjalankan oleh Tuhan Robbulalamin dalam kerangka membangun harmoni global, sekaligus mengaktualkan Indonesia sebagai Negara Panca Sila yang ber-Bhinneka Tungal Ika sebagai khalifatulloh penerima amanat rahmatan lil
alamin. Islam sebagai agama rahmat mempunyai karakter penuh perhatian, semangatnya memberi, memaklumi kekurangan dan memaafkan kesalahan sehingga sebagaimana konsep Piagam Madinah pada zaman Rasul dimana seluruh “warga Negara” dijamin eksistensinya, maka dalam konsep Negara Panca Sila seluruh pemeluk agama di Indonesia juga dijamin dan dilindungi untuk meyakini dan menjalankan keyakinan agamanya masing-masing.
Dalam Silahturahmi dan Doa Bersama Ulama, Budayawan, dan Tokoh Masyarakat Jawa Barat, yang bertempat di Yayasan Bambu Indonesia, Perumahan Bumi Cibinong Endah, Bogor, Jawa Barat (7/11), H. Jatnika Nanggamiharja, selaku sesepuh Padepokan Pencak Silat Sangsaka Buana Indonesia, juga memberikan penghargaan ‘Serat Wawangi’ kepada 5 Tokoh yang telah turut membangun, menjaga dan memelihara kebudayaan Sunda, antara lain DR.H.Fadlizon SS, MSc lewat penelitiannya yang dibukukan tentang senjata ‘Kujang’; Komjen Pol.Drs.Lutfi Lubianto, Hartono Lim, Habib Hasan Alatas dan Tri Bangun Laksono dengan pengetahuan serta kiprahnya membudidayakan kembali Bambu sebagai tanaman yang mampu melindungi alam.
Sementara itu, turut hadir dalam Silahturahmi dan Doa Bersama Ulama, Budayawan, dan Tokoh Masyarakat Jawa Barat serta sosialisasi pembangunan Taman Miniatur 99 Masjid Dunia, antara lain Wakil Ketua DPR RI Fadlizon, Prof. Dr. Achmad Mubarok MA, Kepala Badan Intelkam Polda Jabar, Komjen Lutfi Lubhianto, Pengurus Yayasan Senam Hijaiyah Indonesia, Habib Muhamad Lutfi Bin Ali Bin Yahya, KH. Abuya Muhtadi Dimyathi, H. Jatnika Nanggamiharja, Elma Theana, Mustafa Debu, Syarif Pahlevi, dan sejumlah tokoh ulama Jawa Barat dan tokoh masyarakat lainnya.
Hartono Li Min, selaku Ketua Yayasan Amanah Kita, lebih jauh mengunkapkan karena Taman Miniatur Masjid ini berdiri di tanah Sunda, maka pada hari ini berkumpul para ulama, budayawan dan tokoh masyarakat Sunda untuk melakukan doa bersama dan silaturrahmi sekaligus sosialisasi pembangunan Taman Miniatur ini. Sambil menunggu masterplane selesai, maka di lokasi Taman Miniatur terlebih dahulu dibangun Sanggar Bambu yang disponsori oleh Yayasan Bambu Indonesia, sebagai wujud arsitektur seni Sunda.
Respon internasional pun sudah muncul, tambah Hartono baik melalui perwakilan dari negara negara islam seperti Iran, Irak, Islamabad dan lainnya, yang bangunan masjidnya telah terseleksi secara ketat, baik keunikan arsitekturnya maupun historikalnya bagi membangun peradaban dunia. Bahkan dalam waktu dekat Yayasan Amanah Kita diundang oleh UNESCO untuk memaparkan gagasan tersebut, lanjutnya lagi.
Membangun peradaban dan kebudayaan Islam di Indonesia akan terus berlangsung sebagai bagian Islam yang rahmatan lil alamin bagi dunia. Dan Indonesia adalah etalase keragaman budaya dan agama yang dapat berjalan seiring, dimana Islam menjadi porosnya. Sehingga bila Taman 99 Miniatur Masjid Dunia sekaligus menjadi tempat Pusat Interaksi Umat Islam Dunia. Disamping tentunya diharapkan ukhuwah islamiah akan tercapai dari berbagai aspek pelestarian budaya tersebut, papar Hartono Lim Min..
Sedangkan Ketua DPR RI DR.H.Fadlizon SS, MSc, seusai menerima Serat Wawangi Padepokan Pencak Silat Sangsaka Buana Indonesia, mengungkapkan bahwa sebuah gagasan besar harus dimulai dari langkah langkah kecil seperti yang sudah dilakukan Hartono Lim melalui pembangunan 99 miniatur Masjid Dunia dan kawasan wisata religi internasional yang menggambarkan peradaban islam di dunia.
Dan gagasan besar ini harus didukung dan harus diwujudkan karena Indonesia bukan saja dikenal sebagai negara muslim terbesar di dunia namun juga Indonesia menunjukkan Islam yang demokratis, jelas Fadlizon.
Fadlizon pun mengingatkan bahwa kita kerap terfokus hanya untuk membangun bangsa dan negeri ini dengan pembangunan yang bersifat fisik atau ragawi semata sementara pembangunan jiwa lewat upaya melestarikan budaya kerap terabaikan. Lewat upaya gotong royong seperti inilah pembangunan jiwa bisa diwujudkan dengan komitmen dan konsistensi, serta pastinya dukungan yang penuh dari segenap pemangku kepentingan dalam melestarikan budaya.
Sementara Syarif Pahlevi, Litbang Sejarah dan Budaya Yayasan Amanah Kita, secara terpisah menegaskan bahwa sebuah langkah terpuji untuk menggelar acara silaturahim kebudayaan pada pagi hari ini menjadi relevan dengan keberadaan kita sebagai bangsa yang memiliki peradaban panjang dan berbudaya luhur. Mari kita berbangsa melalui kebudayaan.
Dan peradaban selalu bermula dari lingkup masjid maupun istana, meskipun dalam perjalanannya kekuasaan pihak istana dapat memudar atau berganti. Dan Masjid hingga kini tetap sebagai bangunan monumental yang mampu bertahan ditengah derasnya perubahan waktu maupun nilai-nilai kekinian.
Masjid dari sudut pandang sejarah, tentu merekam dinamika masyarakat setempat dalam menyikapi berbagai persoalan dimasa itu, bahkan hingga dewasa ini. Bentuk arsitektur, permainan warna, garis, kolom, kaligrafi maupun budaya yang berkembang pada masa itu, boleh jadi terpengaruh oleh kebudayaan bangsa lain akan tetapi tetap dapat di rekonstruksi secara keilmuan jika ingin mengetahui apakah terdapat akulturasi di dalamnya, tambahnya lagi.
Oleh karenanya, sebagai sebuah bangunan multidimensi dan menempati tempat istimewa dihati umat Islam, masjid tidak hanya sebagai tempat religiusitas vertikal maupun horisontal namun juga sebagai wadah kreatif dan tempat lahirnya gagasan-gagasan brilian yang mengemuka sepanjang masa.
Banyak hal yang dapat dipelajari dari masjid, baik dari segi struktural maupun spiritual. Maka keberadaan 99 masjid dari 86 negara di dunia, yang sarat sejarah dan dibangun di satu tempat dengan format miniatur, akan mempermudah komunitas keilmuan untuk mempelajarinya, sesuai disiplin ilmu masing-masing.
Miniatur masjid akan menjadi trend setter sekaligus barometer kemajuan perilaku dan pemikiran manusia menuju kehidupan yang adil dan beradab, secara spiritual maupun material. Sekaligus merupakan cita-cita dan ekspresi bangsa dalam menjaga kedaulatan sebagai bangsa yang bermartabat dan alat komunikasi yang setara diantara berbagai bangsa, pungkasnya.
(pung; foto nia