SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Bayangkan ini: di luar angkasa yang sunyi dan tak berbatas, para astronot menikmati steak lezat, kentang tumbuk bergizi tinggi, dan bahkan pangsit pedas dengan saus cocolan yang menggoda. Bukan dari Bumi. Bukan dari kaleng. Tapi ditumbuhkan langsung dari sel-sel di laboratorium luar angkasa!
Inilah visi gila—dan kini nyata—dari proyek ambisius yang baru saja diluncurkan oleh Badan Antariksa Eropa (ESA). Sebuah misi luar biasa yang membawa harapan baru untuk masa depan manusia sebagai spesies antargalaksi: menanam makanan di luar angkasa!
“Mimpi kami adalah punya pabrik makanan di orbit dan di Bulan,” kata Dr Aqeel Shamsul, otak di balik revolusi makanan ini.
Makanan Canggih dari Tabung Reaksi
Teknologinya bagaikan fiksi ilmiah: protein, lemak, dan karbohidrat tumbuh dari mikroorganisme hasil rekayasa genetika di dalam bioreaktor—alat ajaib yang bisa menciptakan makanan dari nol!
Saat ini, versi mini bioreaktor sudah mengorbit Bumi, mengangkut “ramuan rahasia” berupa ragi pintar yang akan diuji kemampuannya bertahan di tengah gravitasi nol dan radiasi luar angkasa. Jika berhasil, ini akan jadi langkah awal menuju pabrik makanan pertama di luar Bumi.
“Bayangkan punya printer 3D di Stasiun Luar Angkasa yang bisa mencetak steak sesuai selera,” ujar Shamsul. “Bukan mimpi lagi. Ini segera jadi kenyataan.”
Dari Ilmu Gizi ke Lezatnya Pangsit Pedas
Masalah utama? Makanan lab-grown kadang terlihat seperti bubur warna bata—tidak mengundang selera. Tapi jangan khawatir, ada senjata rahasia: Jakub Radzikowski, sang master chef futuristik dari Imperial College London.
Meski belum bisa memasak langsung dengan bahan lab-grown, ia sudah bereksperimen dengan jamur dan protein alami untuk menciptakan prototipe masakan luar angkasa. Hari ini, dia menyajikan pangsit pedas yang menggoda lidah. Yang mencicipi? Helen Sharman, astronot pertama Inggris.
“Rasanya luar biasa! Sangat nikmat dan bikin ketagihan,” katanya dengan senyum lebar.
Lompatan Besar untuk Manusia
Mengirim makanan ke luar angkasa bisa menghabiskan biaya hingga Rp400 juta per orang per hari. Solusinya? Menumbuhkan makanan langsung di sana. Bukan cuma lebih murah, tapi juga bisa disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi astronot yang berubah drastis selama misi panjang.
Dengan teknologi ini, bukan hanya rasa yang ditingkatkan—tubuh astronot pun bisa tetap sehat dan kuat.
“Dengan makanan yang dimasak dari awal dan rasa yang benar-benar menggoda, astronot bisa makan lebih lahap dan tetap bugar,” ujar Sharman.
Selamat Datang di Era Dapur Antariksa
Dari visi gila jadi kenyataan: steak luar angkasa, masakan China di orbit, atau bahkan nasi padang di Bulan—semuanya mungkin!
Dunia sedang menyaksikan awal dari revolusi kuliner luar angkasa. Hari ini pangsit pedas, besok… siapa tahu? Mie ayam Mars atau rendang satelit?
(Anton) (sumber bbc)