SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Berupaya membuka diri untuk membangun jejaring atau networking menjadi kunci peran penting perempuan di ranah publik baik di eksekutif, birokrasi maupun bisnis. Demikian hal tersebut mengemuka dalam Talk Show Menaker Eksistensi Perempuan di Area Publik, yang digagas Perhimpunan Perempuan Lintas Profesi Indonesia (PPLPI) di Hotel Mercantile, Jakarta (27/4).
Talk Show dalam menyambut HUT ke-2 PPLPI dan Hari Kartini, menghadirkan pembicara Haiyani Rumondang, Ani Sucipto dan Maya Miranda Ambarsari, menyepakati bahwa problema dari kaum perempuan dalam menjalani profesi pilihannya yakni kerapnya perempuan menutup diri sehingga networking terhambat serta menjadi hal yang sulit dibangun.
Seperti dikemukakan Haiyani Rumondang, yang berpengalaman berkecimpung di ranah birokrat di Ditjen PHI dan Jamsos Kemenaker, mengungkapkan bahwa eksistensi perempuan di eselon 1 dilingkungan masih berbanding 1 : 9 (1 Perempuan, 9 Laki laki). Tapi ditingkat eselon menengah jumlah perempuan lebih banyak daripada laki laki.
Hal ini, lanjut Haiyani, menunjukkan bahwa perempuan masih tampak superior diantara laki-laki, di tengah kesibukkannya mengurus anak, suami dan keluarganya. Namun disisi lain justru menunjukkan bahwa eksistensi perempuan di tingkat penentu kebijakan di ranah birokrat masih minim sekali.
Dengan kata lain, jelas Haiyani, meski sedikit tingkat diskriminasi yang dialami perempuan tapi dalam hal-hal tertentu kerap hal itu terjadi lantaran perempuan dianggap tidak mampu mengerjakannya. Butuh perempuan membuka diri atas kemampuannya atau kompetensinya. Tentunya lewat networking yang dibangunnya atau yang dimasukinya.
Sementara Maya Miranda Ambarsari, selaku Sekjen PPLPI yang juga pengusaha di sejumlah perusahaan, menekankan pada para perempuan untuk belajar membuka diri terhadap profesi yang digelutinya yang tentunya dengan cara-cara yang positif. Hal inilah yang diakuinya telah dialami serta dilakukannya untuk memberdayakan kemampuan dirinya. Sekaligus meletakkannya dalam filosofi keseimbangan yang diyakininya yakni filosofi Astabrata.
Disamping itu, Maya memberi dorongan bagi kaum perempuan dalam dunia bisnis untuk selalu kuat dalam niat, fokus atas produk yang ingin dihasilkannya serta konsisten atas kualitas serta mutu dari produk yang dihasilkannya. Apalagi saat ini banyak perempuan perempuan muda yang ego kemandiriannya sangat tinggi sehingga turut mendorong kelas menengah Indonesia lebih besar lagi prosentasenya. Inilah peluang yang menunjukkan eksisyensi kaum perempuan dalam membangun Indonesia.
Dan mengakhiri Dialog PPLPI kali ini, Ketua Umum PPLPI, Indah Wardhatul SDA mengingatkan kembali bahwa dengan dialog ini akan semakin jelas seberapa besar serta sejauhmana eksistensi perempuan di area publik di republik ini. Apa yang harus kita siapkan untuk membekali para kaum perempuan melalui profesi yang akan dipilihnya atau yang sudah ditekuninya.
Oleh karenanya, Indah Wardhatul menghendaki dengan hadirnya PPLPI, perempuan bisa lebih mandiri, berkarya, membangun, berdayaguna dengan cara cara yang positif. Disamping perempuan perempuan Indonesia juga harus beriman, bertaqwa dan berwawasan tinggi. Indah pun menyakini bahwa dari perempuanlah kekuatan sesungguhnya perekonomian keluarga dan negara ini.
Seperti diketahui Perhimpunan Perempuan Lintas Profesi Indonesia (PPLIPI) merupakan organisasi yang berisikan sejumlah perempuan dari berbagai profesi. Organisasi yang diluncurkan pada 27 Juli 2016 tersebut didirikan untuk mendukung kepentingan perempuan di seluruh Indonesia.
(tjo; foto ist