SUARAINDONEWS.COM, Lampung – Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) menggelar Pagelaran Seni Budaya bertajuk “Menggaungkan Kembali Semangat Persatuan dan Nasionalisme Lewat Kesenian Rakyat Lampung” di Mahan Agung, Teluk Betung Utara, Provinsi Lampung, Rabu (19/11/2025).
Acara yang berlangsung sekitar dua jam ini menampilkan perpaduan narasi kebangsaan dan kesenian tradisional Lampung sebagai media sosialisasi Empat Pilar MPR RI, mulai dari Tari Sigeh Pengunten, syair Hahiwang, hingga fashion show Kain Tapis.
Dalam pembukaan acara, Ketua MPR RI H. Ahmad Muzani menyampaikan bahwa kegiatan sekaligus mengingatkan bahwa MPR RI pernah menjadi lembaga tertinggi negara karena dipandang sebagai penjelmaan kekuasaan rakyat.
“Undang-Undang Dasar 1945 sebelum diamandemen menyatakan bahwa kekuasaan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR. Karena itulah MPR memegang kekuasaan tertinggi pada masa itu,” tuturnya.
Kala itu, MPR memilih Presiden dan Wakil Presiden dan menetapkan program Presiden yang disebut Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN), dan juga berwenang untuk memberhentikan Presiden apabila dinilai melanggar Undang-Undang atau GBHN. Karena saat itu dengan kewenangannya yang sangat besar, MPR menjadi lembaga tertinggi negara.
Namun setelah UUD 1945 diamandemen empat kali, kedudukan MPR berubah. MPR tidak lagi menjadi lembaga tertinggi negara, melainkan sejajar dengan lembaga-lembaga negara lainnya. Mengapa? Karena konstitusi hasil amandemen menegaskan bahwa kekuasaan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang. Rakyat kini memegang kekuasaan tertinggi secara konstitusional.
Presiden pun sekarang dipilih langsung oleh rakyat. Program kerja Presiden ditentukan sendiri oleh Presiden berdasarkan visi dan misi yang dikampanyekan. Lalu apa tugas MPR saat ini? Ada tiga tugas utama, mengubah atau mengamandemen Undang-Undang Dasar 1945, melantik Presiden dan Wakil Presiden, dan menjaga ideologi negara, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
“Karenanya dalam rangka menjaga ideologi negara inilah MPR melakukan sosialisasi Empat Pilar. Hari ini kita melaksanakan sosialisasi Empat Pilar MPR melalui seni dan kebudayaan. Mengapa perlu disosialisasikan? Karena masih banyak yang belum memahami kedudukan Pancasila sebagai dasar negara saat ini, maupun perubahan UUD 1945 setelah empat tahap amandemen,” sambungnya.
Ahmad Muzani juga menyebut bahwa Lampung adalah contoh nyata bagaimana kebinekaan dipraktikkan. Menurutnya, Lampung menunjukkan bagaimana keberagaman dapat menyatu. Di tanah yang kaya dan subur ini, jumlah penduduk asli Lampung bahkan lebih sedikit dibanding pendatang. Namun orang Lampung menerima siapa pun yang datang dan hidup di bumi Lampung.
“Pendatang pun merasa menjadi bagian dari Lampung, meskipun berasal dari suku yang berbeda. Ketika ada kesenian Lampung seperti begawi dan lainnya, mereka ikut bangga dan merasa sebagai orang Lampung. Karena itu, tradisi budaya Lampung juga dijaga oleh suku-suku lain,” sambungnya.
Contohnya kata Ahmad Muzani, sapaan “tabik pun” selalu digunakan, baik oleh orang Lampung maupun orang Jawa, atau siapa pun yang tinggal dan berkegiatan di Lampung, Kemudian ketiga hadirin menjawab, “iya pun” menjadi contoh nyata bagaimana kebhinekaan hidup di Lampung.
*Perkuat Identitas Nasional*
Menurutnya, kesenian dan kebudayaan di Lampung merupakan puncak-puncak kesenian lokal yang menjadi kebanggaan dan menjadi ciri daerah. Dalam kebhinekaan itulah kebudayaan nasional diperkuat. Karena itu hari ini kita tampilkan berbagai kesenian, termasuk fashion show untuk menampilkan busana adat Lampung, agar kita mengenal kekayaan budaya Lampung.
Ahmad Muzani juga meminta agar kita tetap menjaga bahasa daerah, sebab saat ini ada sekitar 700 bahasa daerah yang terancam punah, termasuk Bahasa Lampung.
“Bahasa Lampung diperkirakan dapat punah dalam beberapa puluh atau mungkin ratus tahun ke depan karena jumlah penggunanya sedikit dan semakin jarang digunakan sebagai bahasa keluarga di rumah. Ini tidak boleh terjadi. Anak cucu kita harus tetap mengenal bahasa Lampung,” tegasnya.
Dalam momen ini juga sekaligus memperkenalkan bahasa melalui pakaian dan tradisi. Ahmad Muzani pun memanggil model yang mengenakan baju adat Lampung untuk berdiri bersamanya, dan mengaku bangga berada di antara keduanya
“Pakaian adat Lampung ini menunjukkan identitas budaya Lampung yang luar biasa. Gagah, bukan? Cantik juga, bukan? Saya pun merasa gagah berdiri di antara mereka,” pungkasnya.
Sementara itu Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal juga menegaskan bahwa seni dan budaya merupakan medium paling efektif untuk menjaga keharmonisan antarsuku serta memperkuat identitas Lampung sebagai daerah multikultural yang damai.
“Acara ini bukan sekadar hiburan, tetapi ruang edukasi yang menanamkan nilai persatuan. Lampung telah menjadi rumah bagi berbagai suku bangsa. Kita melihat bagaimana masyarakat dari latar belakang berbeda bisa hidup berdampingan dengan damai. Ini berkat nilai-nilai luhur Piil Pesenggiri dan rajutan Empat Pilar yang terus kita pegang,” ujarnya.
Menurutnya, budaya bukan hanya simbol, melainkan penanda jati diri bangsa. Oleh karena itu, melestarikan budaya berarti menjaga keberlangsungan identitas nasional. Ia mencontohkan bagaimana tradisi adat Lampung mampu menjadi sarana penyelesaian masalah sosial serta mempererat persaudaraan di tengah masyarakat.
“Tradisi itu membentuk karakter masyarakat. Dulu segala perselisihan diselesaikan di balai adat, melalui seni, musik, dan ritual yang sarat makna. Di era modern, tradisi itu harus kita adaptasi dan tularkan melalui kreativitas generasi muda. Teknologi harus dimanfaatkan untuk memperkenalkan budaya Lampung lebih luas,” tambahnya.
Gubernur juga menekankan pentingnya menjadikan kesenian rakyat sebagai fondasi pendidikan karakter di tengah gempuran budaya global. Pelestarian budaya, menurutnya, hanya akan berhasil jika melibatkan kaum muda sebagai pelaku kreatif.
“Kami, Pemerintah Provinsi Lampung, selalu mendorong agar identitas budaya Lampung hadir di seluruh sektor kehidupan masyarakat di pendidikan, pariwisata, ekonomi kreatif, hingga pelayanan publik. Budaya adalah kekuatan besar kita,” tuturnya.
Ia berharap pagelaran seni budaya yang diinisiasi MPR RI ini dapat memperkuat nasionalisme masyarakat Lampung serta menumbuhkan kebanggaan generasi muda terhadap budaya daerahnya.
“Kegiatan ini bukan hanya memamerkan kekayaan seni Lampung, tetapi juga menanamkan nilai kebangsaan yang sangat penting bagi masa depan bangsa. Semoga kegiatan seperti ini terus berlangsung dan menjadi inspirasi bagi daerah lain,” pungkas Rahmat Mirzani Djausal.
Rangkaian acara ini kemudian ditutup dengan penampilan sejumlah kesenian Lampung lainnya, termasuk Tari Bedana, musik gamolan, serta pameran kerajinan Kain Tapis. Para peserta dan tamu undangan tampak antusias mengikuti seluruh rangkaian acara yang berlangsung hangat dan penuh nuansa kebudayaan.
Melalui kegiatan ini, MPR RI dan Pemerintah Provinsi Lampung meneguhkan komitmen bersama untuk menjaga persatuan bangsa melalui seni, tradisi, dan kearifan lokal yang telah diwariskan turun-temurun.
Turut serta dalam kegiatan ini yakni Ketua DPRD Provinsi Lampung yang diwakili oleh Ketua Fraksi Partai Gerindra. Fahrurrozi, ST., MM., beserta anggota DPRD Provinsi Lampung; para anggota Forkopimda Provinsi Lampung atau yang mewakili; Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama di lingkungan Pemerintah Provinsi Lampung; para tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat, serta para tokoh pemuda.
(Anton)




















































