SUARAINDONEWS.COM, Jakarta — Kalau dulu maling masuk lewat jendela, sekarang masuk lewat jaringan. Data terbaru menunjukkan bahwa 62 persen serangan siber di Indonesia sepanjang 2023 hingga 2024 berujung pada pembobolan data. Alias, sekali klik bisa jadi jebakan, dan informasi pribadi pun bisa melayang ke tempat yang bahkan Google Maps tak bisa lacak.
Menurut laporan dari Positive Technologies, para peretas tampaknya sedang doyan menyerang pabrik. Sektor manufaktur menyumbang 31 persen dari total serangan, menjadikannya target utama. Menyusul di belakangnya adalah instansi pemerintah dan lembaga keuangan, masing-masing kebagian jatah 23 persen. Jadi bukan cuma data e-KTP atau rekening tabungan yang terancam, tapi bahkan sistem produksi mie instan bisa kena sandera ransomware.
Yang bikin bulu kuduk berdiri, sekitar 28 persen iklan di forum dark web Asia Tenggara menyebut nama Indonesia. Artinya, kita sedang cukup populer di jagat bawah tanah digital, dan tentu saja bukan karena prestasi coding nasional, melainkan karena akun dan data kita dianggap mudah ditarget.
### Positive Hack Talks: Ketika Para Hacker dan Ahli IT Ngumpul Bukan Buat Nge-hack, Tapi Nge-bahas
Melihat situasi ini, perusahaan keamanan siber asal Rusia, Positive Technologies, menggelar forum Positive Hack Talks Jakarta. Lebih dari 370 profesional dan pemerhati keamanan digital berkumpul, mulai dari ethical hacker senior, praktisi keamanan TI, dosen, sampai mahasiswa penasaran yang pengen belajar ngacak-ngacak sistem — secara legal dan etis, tentunya.
Elena Grishaeva, Direktur Regional Positive Technologies untuk Asia Tenggara, mengatakan bahwa pertahanan siber nasional bukan sekadar soal alat canggih, tapi juga soal manusia yang paham. Karena itu, pihaknya menggandeng empat institusi pendidikan di Indonesia, termasuk Universitas Muhammadiyah Jakarta dan Universitas NU NTB, untuk melatih talenta baru di bidang keamanan siber.
Sementara itu, Dmitry Serebryannikov, Chief Hacking Officer Positive Technologies, menegaskan bahwa misi mereka bukan sekadar berbagi ilmu. Menurutnya, ini adalah bagian dari misi budaya global untuk membentuk komunitas keamanan digital yang tangguh dan kolaboratif. Kurang lebih seperti pelatihan bela negara, tapi versi digital.
### Fakta-Fakta yang Bikin Merinding tapi Nyata
* Awal 2023, Indonesia menghadapi rata-rata 3.300 serangan siber per minggu.
* Semester pertama 2024, lebih dari 315 ribu kredensial warga Indonesia bocor. Itu artinya, setiap jam ada sekitar 60 akun yang “dicuri” saat pemiliknya mungkin sedang scroll video hewan lucu.
* Laporan SOCRadar mencatat serangan ransomware paling banyak menarget sektor manufaktur. Ini bukan sekadar peretasan iseng, tapi bisnis kriminal yang meraup untung besar.
### Jadi, Mau Tunggu Data Hilang Baru Bertindak?
Serangan siber bukan lagi cerita film fiksi. Ia nyata, makin sering, dan makin canggih. Kalau tidak ada tindakan serius dari semua pihak — mulai dari pemerintah, industri, sampai individu — maka data kita bisa berpindah tangan lebih cepat daripada kita ganti password.
Indonesia harus bergerak cepat. Edukasi keamanan digital harus jadi prioritas, talenta lokal harus dikembangkan, dan sistem pertahanan harus ditingkatkan. Karena di era sekarang, pertahanan terbaik bukan tembok tinggi, tapi firewall yang kuat dan pikiran yang waspada.
(Anton)