SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Salah satu penyebab terjadinya kekerdilan atau gagal tumbuh pada anak (stunting), yakni gaya hidup yang salah di era modern yang serba instan, terutama di desa.
“Stunting itu salah satunya urusan gaya hidup. Bukan saja dari faktor ekonomi,” ujar Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Abdul Halim Iskandar, dalam keterangannya terkait kunjungan Bupati Blora Arief Rohman bersama sejumlah aparat Pemerintah Kecamatan dan Desa setempat di Jakarta pada Jumat (24/02/2023).
Menurut Mendes PDTT, gaya atau perilaku hidup tidak sehat yang kurang memperhatikan asupan makanan bergizi, akan menyebabkan lambatnya tumbuh kembang pada anak.
Oleh karena itu di mengimbau agar masyarakat desa mulai membiasakan diri menjalani pola makan seimbang dan gaya hidup sehat sedari dini untuk mencegah stunting.
“Asupan makanan harus diperhatikan agar bisa di antisipasi supaya tidak terjadi kasus ini ditengah masyarakat,” kata Menteri Abdul Halim.
Mendes PDTT mengingatkan agar Bupati Blora dan rombongannya mendukung Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2023 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret dan September mendatang.
Susenas dilakukan untuk mengumpulkan data sosial kependudukan, seperti bidang-bidang pendidikan, Kesehatan atau gizi, perumahan, sosial ekonomi lainnya, kegiatan sosial budaya, konsumsi atau pengeluaran dan pendapatan rumah tangga, perjalanan, dan pendapat masyarakat mengenai kesejahteraan rumah tangganya.
Karena susenas diintegrasikan dengan laporan studi status gizi balita di Indonesia, maka survey tersebut diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi kebijakan yang efektif untuk pencegahan stunting.
“Saya berharap survei ini berjalan dengan baik dan saya berharap nantinya bisa disiapkan sedemikian rupa,” tutur Mendes PDTT.
Selain menyoroti masalah stunting, Menteri Abdul Halim juga meminta kemiskinan di daerah bisa tertangani dengan baik sesuai prioritas pembangunan nasional yang menjadi komitmen Presiden Joko Widodo. (Akhirudin)