SUARAINDONEWS.COM, Jakarta — Tumpukan uang merah setinggi hampir dada orang dewasa memenuhi ruangan utama Kejaksaan Agung, Senin (20/10). Jumlahnya bikin siapa pun melongo — Rp13,2 triliun, hasil sitaan kasus korupsi ekspor minyak sawit mentah (CPO) yang disebut sebagai salah satu terbesar sepanjang sejarah hukum Indonesia.
Presiden Prabowo Subianto berdiri di depannya, tersenyum tipis, seolah masih tak percaya melihat “gunung” uang nyata di hadapannya. Uang itu diserahkan dari tiga konglomerasi sawit raksasa: Wilmar Group, Musim Mas Group, dan Permata Hijau Group.
Kalau dihitung cepat, uang sebanyak itu bisa membangun lebih dari 8.000 sekolah baru atau 600 kampung nelayan — angka yang sempat disebut Presiden dalam pidatonya. Tapi publik di media sosial justru sibuk menghitung hal lain: “Berapa lama ya nyusun uang segitu banyak?”
Kejagung memang tidak benar-benar menumpuk Rp13 triliun penuh di ruangan itu. Yang terlihat secara fisik hanya sebagian kecil, sekitar Rp2 triliun, sisanya berupa saldo di rekening negara. Tapi tetap saja, sensasi melihat lautan uang merah dalam jumlah triliunan membuat banyak orang mengernyit — antara kagum, marah, dan geli.
“Ini simbol bahwa keadilan bisa menyentuh korporasi besar,” ujar Jaksa Agung ST Burhanuddin dalam sambutannya. Tapi publik bertanya-tanya: apakah uang sebanyak itu benar-benar akan sampai ke rakyat?
Untuk sementara, Indonesia kembali punya foto viral — presiden, jaksa agung, dan “gunungan uang triliunan” dalam satu frame. Tapi di balik sorotan kamera, ada satu pertanyaan yang belum terjawab:
Apakah ini puncak dari keadilan… atau sekadar panggung penebusan dosa korporasi besar?
(Anton)




















































