SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Bencana alam banjir di China yang terjadi sejak 17 Juli dan terus terjadi hingga hari ini ternyata menenggelamkan pusat ekonomi dan transportasi.
Akibatnya, rantai pasokan barang-barang mulai dari mobil, elektronik, baru bara hingga pangan seperti babi dan kacang tanah terancam.
Seperti melansir Reuters, banjir dilaporkan menggenangi ibukota Provinsi, Zhengzhou. Derasnya hujan di kota berpenduduk 10 juta orang itu, telah mengubah jalan menjadi sungai yang mengalir deras, membuat stasiun kereta bawah tanah terendam dan ribuan mobil tergenang dan puing-puing bangunan terseret.
Tak hanya itu, banjir menewaskan sedikitnya 33 orang, memutus sambungan jalan dan mematikan listrik serta layanan telepon seluler ke banyak bagian wilayah tersebut.
Sebagian listrik telah diperbaiki dan beberapa kereta api serta penerbangan kembali beroperasi pada Kamis (22/7/2021). Akan tetapi, para analis mengatakan gangguan dapat berlangsung selama beberapa hari.
Kemudian dampaknya mendorong harga dan memperlambat bisnis di Henan dengan padat penduduk dan provinsi-provinsi lainnya. Salah satunya yang terjadi pada pengangkutan batu bara yang mayoritas digunakan sebagai tenaga listrik di China terdampak parah karena harus melewati Zhengzhou ke China Tengah dan Timur.
“Karena Zhengzhou adalah pusat transportasi nasional teratas dan provinsi Henan adalah produsen utama biji-bijian, bahan mentah, dan beberapa produk manufaktur seperti iPhone, kami yakin curah hujan dan banjir akan berdampak material pada aktivitas bisnis dan inflasi dalam jangka pendek,” tulis analis Nomura.
Banjir di China juga telah membanjiri terowongan kereta bawah tanah di Zhengzhou. Hal itu membuat 500 orang terjebak di di dalam kereta semalaman.
Dikutip dari BBC, Jumat (23/7/2021) Ketinggian banjir yang menyusuri kereta bawah tanah tingginya mencapai leher orang dewasa.
Ratusan orang yang terjebak itu telah dievakuasi setelah semalaman menahan kepala mereka agar tetap bernapas. Evakuasi di kereta bawah tanah baru dilakukan pukul 18.10 waktu China.
Sementara sebanyak 14 pekerja terowongan meninggal dunia akibat banjir besar yang terjadi di China. Para pekerja terjebak dan tak bisa menyelamatkan diri di dalam terowongan akibat banjir China.
Pemerintah kota Zhuhai belum memberikan informasi lebih lanjut terkait insiden tersebut. Terowongan Shijingshan merupakan salah satu proyek pembangunan jalan tol yang sedang dalam proses pembangunan. Letaknya berada dekat waduk Provinsi Guangdong yang juga dekat dengan Hong Kong dan Makau.
Dikutip dari Channel News Asia, Jumat (23/7/2021), tim penyelamat sedang berupaya mengevakuasi jenazah dengan mengerahkan kapal selam dan peralatan canggih lainnya. Selain itu tim juga berusaha memompa air agar keluar dari terowongan.
Presiden China Xi Jinping mengatakan, banjir terjadi akibat curah hujan yang tinggi itu telah berlangsung tiga hari berturut-turut.
Anak-anak yang sudah sekolah juga dievakuasi dengan menggunakan perahu plastik. Akibat tingginya curah hujan dan banjir, salah satu rumah sakit di Zhengzhou sempat mati listrik pada Selasa malam dan 600 pasien yang kritis sudah dipindahkan ke rumah sakit lain.
Kini tentara telah dikerahkan untuk mengalihkan sungai yang meluap. Penerbangan dan kereta api di banyak bagian Henan juga telah ditangguhkan.
Otoritas terkait telah merilis peringatan level tertinggi untuk Provinsi Henan saat banjir menerjang wilayah tersebut. Banjir musiman tergolong sering terjadi di China, namun para ilmuwan menyebut perubahan iklim memicu pola cuaca yang semakin ekstrem.
Sementara hujan di Zhengzhou dilaporkan oleh media lokal yang mengutip pakar meteorologi setempat, disebut mencapai yang tertinggi dalam 1.000 tahun.
Mulai Sabtu (17/7/2021) malam hingga Selasa (20/7/2021) malam tercatat 617,1 milimeter hujan mengguyur Zhengzhou nyaris setara dengan curah hujan rata-rata tahunan yang mencapai 640,8 milimeter hingga menyebabkan Banjir di China. (wwa)