SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Siap-siap, Indonesia bakal diguncang revolusi besar di sektor perumahan. Pemerintahan Prabowo-Gibran tidak main-main. Program pembangunan 3 juta rumah resmi digelar, dan ini bukan proyek ecek-ecek. Ini misi negara. Targetnya? Menghapus kemiskinan dari peta, membuka jutaan lapangan kerja baru, dan mengangkat ekonomi nasional sampai level yang belum pernah kita capai sebelumnya.
Fahri Hamzah, sosok yang kini menjabat Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman, langsung pasang badan. Dalam pernyataannya yang bikin panggung APERSI Jakarta mendadak panas dingin, ia menyebut bahwa perumahan akan jadi mesin utama ekonomi Indonesia di era Prabowo.
Kalau selama ini orang mikir pembangunan rumah cuma urusan semen dan bata, sekarang waktunya sadar: ini urusan masa depan bangsa. Setiap rumah yang dibangun, artinya kerja untuk tukang, arsitek, sopir, warung kopi dekat lokasi proyek, sampai startup properti dan investor global.
Dan ya, 3 juta rumah itu bukan angka asal-asalan. Satu juta di kota, satu juta di desa, satu juta di pesisir. Sebuah distribusi strategi yang sudah bikin investor luar negeri mulai buka laptop dan ngintip peluang besar. Lembaga donor internasional pun dilaporkan siap nyemplung. Ini bukan proyek biasa. Ini proyek bergengsi berskala dunia.
Fahri gak basa-basi. Dia tahu persis bahwa perumahan bisa jadi jalan cepat menuju ekonomi rakyat yang kuat. Dia pernah duduk di kursi Wakil Ketua DPR RI, dia paham medan. Sekarang, dia pengen sistem perumahan di Indonesia bukan cuma maju, tapi juga bersih. Dan untuk itu, dia siapkan gebrakan baru: digitalisasi pengajuan bantuan dari daerah.
Sistem ini akan menghapus pertemuan tatap muka yang selama ini rawan disusupi permainan gelap. Semua usulan dari daerah—baik untuk bantuan rumah hingga penataan kawasan—akan masuk lewat sistem digital. Tidak ada celah korupsi. Tidak ada negosiasi meja belakang. Semua terang, semua bisa dilacak.
Fahri bahkan menyebut digitalisasi ini sebagai bentuk keadilan untuk daerah-daerah yang jauh dari Jakarta. Mereka tak perlu lagi terbang ke ibu kota demi sekadar mengajukan kebutuhan rumah. Tinggal klik, kirim, dan pantau. Revolusi pelayanan publik dimulai dari sini.
Dirjen Perumahan Perdesaan, Imran, turut memperkuat pernyataan tersebut. Ia bilang, data dari BPS akan digunakan untuk memverifikasi setiap permintaan yang masuk. Tidak hanya program bantuan seperti BSPS yang diperkuat, tapi juga dukungan untuk sarana dan prasarana kawasan pemukiman. Dan yang paling menarik: rumah-rumah yang dibangun tidak akan dibuat kaku dan seragam. Akan ada sentuhan lokal, nuansa budaya, dan identitas khas tiap daerah yang dipertahankan.
Program ini bukan hanya menjawab kebutuhan akan rumah, tapi memperlihatkan bagaimana sebuah kebijakan bisa jadi pemantik perubahan sistemik. Bukan cuma rakyat yang bergerak, tapi juga pemerintah daerah, pengembang, investor, dan seluruh ekosistem ekonomi.
Kita sedang menyaksikan babak baru dalam sejarah pembangunan. Ini bukan proyek, ini perlawanan terhadap kemiskinan. Ini bukan janji, ini aksi. Dan jika semua berjalan sesuai rencana, Indonesia akan punya wajah baru: lebih sejahtera, lebih modern, dan jauh lebih siap menghadapi masa depan.
Netizen, catat baik-baik. Ini bisa jadi salah satu kebijakan paling berdampak dalam sejarah pemerintahan Indonesia. Dan kamu, yang membaca ini, sedang jadi saksi dari lahirnya mimpi besar yang pelan-pelan mulai diwujudkan.
(Anton)