SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Dunia internasional mungkin sibuk rebutan kekuasaan dan cuan, tapi di tengah megahnya Gedung Nusantara DPR RI, suasana justru mellow nan heroik. Dua petinggi DPR—Mardani Ali Sera dan Syahrul Aidi Maazat—menerima delegasi Leagues of Parliamentarians for Al-Quds (LP4Q), yang membawa oleh-oleh tak biasa: ranting daun zaitun.
Bukan berlian, bukan lukisan mahal, tapi ranting. Ya, ranting. Tapi jangan salah, ini bukan sembarang ranting. Katanya, ranting zaitun ini sakral, penuh makna, simbol perjuangan rakyat Palestina. Dramatis? Sudah pasti.
Dalam pertemuan yang digelar di sela-sela Konferensi ke-19 Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC), dua hal jadi menu utama: (1) bikin roadmap kemerdekaan Palestina (dengan sokongan negara adidaya, tentu saja), dan (2) upgrade kelembagaan LP4Q biar makin serius dan tak sekadar forum nostalgia penderitaan.
Tapi highlight sesungguhnya datang saat pemberian souvenir itu. Mardani terlihat tersentuh. Ia bahkan menyebut hadiah itu “sangat menginspirasi” karena katanya, olive oil alias minyak zaitun (yang entah kenapa jadi “bunga” dalam ucapannya) adalah lambang perdamaian dan kemerdekaan Palestina.
“Olive oil merepresentasikan kedamaian. Dan kedamaian Palestina adalah hak saudara-saudara kita. InsyaAllah Indonesia akan terus berjuang,” ucap Mardani dengan penuh semangat ala orator reformasi.
Sementara itu, publik mungkin masih bertanya: roadmap kemerdekaan Palestina? Dengan melibatkan AS, Cina, Rusia? Yakin mereka punya waktu di tengah rebutan chip dan minyak?
Tapi tunggu dulu, kisah ranting ini punya sejarah panjang. Rakyat Palestina menjadikan pohon zaitun sebagai simbol perjuangan sejak zaman Nakba 1948—saat tanah mereka diambil dan identitas mereka dilucuti. Pohon ini muncul dalam lagu, cerita rakyat, hingga puisi galau bertema kolonialisme.
Kenapa zaitun? Simpel. Karena dia kuat, bisa tumbuh di tanah gersang, dan diwariskan lintas generasi. Kaya akan makna, katanya. Tapi tentu saja, simbol tak akan cukup kalau dunia terus sibuk dengan perang harga dan tren geopolitik musiman.
Jadi, apakah ranting ini akan membawa perubahan? Atau hanya jadi pajangan eksotis di rak kenangan parlemen? Yah, setidaknya ia berhasil memancing satu momen dramatis di Senayan. Kadang, diplomasi memang lebih tentang gesture dan panggung… daripada hasil yang konkret.
Toh, dalam dunia penuh sinisme politik, mungkin memang butuh sedikit drama dan simbol untuk tetap percaya harapan belum sepenuhnya tumbang.
(Anton)