SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Baru-baru ini Pemerintah melalui rapat paripuma DPR telah menyampaikan Asumsi RAPBN 2018 yakni PDB 5,4% – 6,1%, inflasi sebesar 3,5%, nilai tukar : 13.500 – 13.800/Dollar, SPN : 4.8% – 5.6%, harga minyak per-barel USS 45 – US$ 60 per-barel, lifting minyak dan gas bumi : 1965-2050 juta barel/hari. Akankah asumsi RAPBN 2018 tersebut akan berhasil diwujudkan oleh pemerintahan Jokowi-JK?
Demikianlah hal tersebut mengemuka, dalam Breakfast Meeting yang membahas tentang Prospek Ekonomi Indonesia 2018 (2/11) di Hotel Aryaduta, Jakarta, yang digagas PWI Pusat dan dihadiri sejumlah pejabat diantaranya Wakil Presiden RI Muhammad Jusuf Kalla, Menteri Parlwisata Rl Arief Yahya, Ketua BKPM Thomas Lembong, Gubemur Bl Agus Martowardojo, Ketua OJK Wimboh Santoso, Ketua Kadin Rosan P Roeslani, dan Ketua Umum PWl Pusat Margiono.
Berdasarkan catatan Breakfast Meeting, perekonomian Indonesia tumbuh membaik sepanjang tahun 2016. Dan raport pertumbuhan ekonomi pada tahun 2017 Kuartal l juga mengindikasikan bahwa ekonomi indonesia mulai tumbuh membaik. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS). menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2017 berada di angka 5.01% persen atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kuartal l 2016 di kisaran 4,92%. Angka tersebut juga lebih tinggi dlbandingkan pertumbuhan kuartal IV 2016 yang sebesar 4.94%.
Pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan pertama tahun 2017 ini ditopang oleh kinerja perdagangan ekspor dan impor yang behasil menorehkan surplus dalam tiga bulan berturut-turut. Tercermin dari hubungan dagang dengan sejumlah negara mitra, yakni dengan Tiongkok menguat 6.9 persen dari sebelumnya 6,7 persen, perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) menguat 1.9 persen dari sebelumnya 1,8 persen, dan perdagangan dengan Singapura menguat 2,5 persen dari sebelumnya 1.9 persen.
Sejumlah komoditas non migas di pasar international pada kuartal I 2017 secara umum mengalami peningkatan dan kondisi ekonomi global juga menunjukan adanya peningkatan.
Secara keseluruhan nilai ekspor Indonesia US$40,61 miliar atau naik 1.33 persen secara kuartalan dan meningkat 20,84 persen secara tahunan. Sedangkan nilai Impor Indonesia US$36,68 millar atau menurun 0,75 persen secara kuartalan, namun meningkat 14,83 persen secara tahunan.
Selain perdagangan ekspor dan impor, pengeluaran pemerintah rupanya turut berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Tercatat realisasi belanja pemerintah sampai kuartal l 2017 telah mencapai Rp 400,14 triliun atau 19.23 persen dari target di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 yang mencapai Rp 2.080,5 triliun. Realisasl ini Iebih tinggi dibandingkan kuartal I 2016 yang sebesar Rp 391, 04 trlliun atau 18,77 persen dari pagu 2016 Rp 2.082,9 triliun.
Sementara dari sisi konsumsi rumah tangga, masih cukup balk meski dari sisi inflasi cukup tertekan. Pasalnya, dalam tiga bulan pertama, masyarakat Indonesia mengalami sejumlah tekanan dari pengeluaran rumah tangga yang tercermin dari fluktualifnya inflasi, tercatat Januari inflasi 0,97 persen. Februari inflasl 0,23 persen. Maret deflasi 0,02 persen.
Adapun inflasl kuartal I 2017 mendapat banyak tekanan dari komponen tingkat harga yang diatur oleh pemerintah (administered price) berupa kenaikan tarif dasar Iislrlk (TDL) dalam tiga tahap bagi pengguna Iistrik dengan kapasitas 900 voltampere (VA) yang tak lagi disubsidi pemerintah.
Dari sisi investasl juga mengalami peningkatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat sepanjang kuartal I 2017, nilai investasi mencapai Rp165,8 triliun atau naik 4 persen secara kuartalan dan meningkat 13,2 persen secara tahunan.
Sepanjang kuartal l 2017 tercatat, Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) sebesar Rp 2.377,5 triliun dan PDB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) sebesar Rp 3.227,2 trillun.
Capain tersebut menunjukkan reformasl fundamental ekonomi Indonesia yang terjaga dan tumbuh baik. Selain itu, reformasi struktural lebih lanjut akan meningkatkan prospek pertumbuhan dan pengembangan leblh Ianjut. Dari segi indlkator pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan di kuartal I 2017 lalu berhasil bangkit dari kuartal IV 2016 sebesar 4,9 persen lantaran adanya sokongan dari pertumbuhan ekspor, yang berhasll dimantaatkan Indonesia, bersamaan dengan meningkatnya harga komoditas dunia.
Tercatat, pemulihan harga komoditas mampu membuat ekspor tumbuh hingga dua kali lipat dlbandlngkan kuartal IV 2016,dari kisaran 4,2 persen menjadi 8.0 persen. Bahkan, peningkatan ekspor tersebut, sukses mengompensasi ruang fiskal yang kendur dari indikator belanja pemerintah, meski indikator ini mulai pullh di awal tahun.
Hal tersebut, dari data tersebut dapat dijadikan indikator bahwa ekspor masih akan berperan besar pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bank Dunia pun memprediksi, kinerja ekspor akan terus melonjak di tahun ini dan tetap kuat di tahun depan sehingga pertumbuhan ekonomi 2018 bisa lebih tinggi dibandingkan tahun ini.
Tak hanya ekspor, pertimbangan pertumbuhan ekonomi di tahun ini dan tahun depan, juga merujuk pada realisasi konsumsi swasta yang menguat. Konsumsi swasta menguat 5,0 persen didukung oleh stabilnya nilai tukar rupiah dan inflasi yang terjaga. Untuk rupiah, kebijakan moneter dari Bank Indonesia (Bl) yang mempertahankan tingkat suku bunga acuan selama tujuh bulan berturut-turut, mampu membuat rupiah stabil.
Sedangkan inflasi, pemerintah dinilai cukup mampu menjaga lnflasi meski lajunya sedikit tinggi lantaran ada penyesuaian tarif dasar listrik (TDL) secara tiga tahap di semester I 2017. Laju inflasi sampai akhir tahun berada di angka 4,3 persen atau masih sesuai dengan target inflasi menurut Bl di rentang 3,0 persen sampai 5,0 persen. Pada saat yang sama lndonesia bisa mendongkrak indikator investasi dengan memanfaatkan keuntungan dari kenaikan rating layak investasi yang diberikan oleh Standard and Poor’s (S&P) beberapa waktu lalu.
Breakfast Meeting dengan media partner Rakyat Merdeka tersebut juga didukung oleh Penamina, Bank lndonesia (Bl), Asia Pulp and Paper (APP), Otoritas Jasa Keuangan (0.1K), PT. Astra lntematlonal, Lippo Group. PT. Asuransi Kredit Indonesia (Asknndo), PLN, Bank BCA, Slnarmas Land, PT. Buklt Asam Tbk, PT. Pupuk Indonesia. Nestle Indonesia, Sido Muncul.
(tjo; foto brt1




















































