SUARAINDONEWS.COM, Tanjung Selor, Kaltara – Sebanyak 177 jiwa masih bertahan di posko pengungsian setelah banjir besar melanda enam kecamatan di Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) pada Jumat (22/9) 2023 dan mendapatkan pelayanan dari relawan dari berbagai instansi terkait.
“Sebagian masih ada yang bertahan di pengungsian, sebagian sudah ada yang pulang untuk melihat kondisi rumahnya,” kata Wakil Gubernur Kalimantan Utara Yansen TP di Malinau, Sabtu saat meninjau langsung kondisi banjir dan lokasi pengungsian yang dipusatkan di Stadion Utama Malinau pada Sabtu (23/9/2023).
Sebelumnya, pada Jumat (22/9) ia juga memantau banjir dari udara menggunakan pesawat udara.
Sementara itu, pada Sabtu (23/9) sore banjir sudah mulai berangsur surut. Beberapa jalan protokol di Kecamatan Malinau Kota sudah dapat dilalui kendaraan roda empat maupun roda dua, setelah sebelumnya lumpuh total akibat banjir.
Adapun jaringan telekomunikasi, listrik, dan distribusi air bersih PDAM belum sepenuhnya merata berfungsi atau normal kembali.
Sebelumnya, pada Jumat (22/9) banjir besar melanda lima kecamatan di Kabupaten Malinau yaitu Kecamatan Mentarang, Kecamatan Malinau Kota, Kecamatan Malinau Barat, dan Kecamatan Malinau Utara akibat meluapnya Sungai Mentarang dan Sungai Sesayap.
Meski banjir berangsur surut, namun aktivitas masyarakat dan perekonomian setempat belum pulih.
Oleh karena itu, Wagub meminta pemerintah pusat ikut turun untuk membantu pemerintah daerah melakukan upaya penanggulangan.
“Karena banjir tidak hanya terjadi di Malinau, tetapi juga melanda sejumlah kecamatan di Kabupaten Nunukan, jadi ini sudah termasuk skala nasional,” katanya.
Pemkab setempat dan pemerintah provinsi telah melakukan penanganan antara lain menyediakan posko pengungsian di Stadion Utama Malinau. Adapun Kodim 0910/Malinau turut membantu penanganan dengan mendirikan dapur umum untuk pengungsi.
“Terutama saat recovery nanti satu sampai dua minggu ke depan perlu menjadi perhatian semuanya, termasuk masa tanam petani di tahun ini sangat terganggu sekali,” katanya.
Sebelumnya, pada Jumat (22/9) Wagub memantau banjir Malinau dari pesawat udara. Daerah yang terendam antara lain Kecamatan Malinau Kota, Kecamatan Malinau Barat, Kecamatan Malinau Utara, dan Kecamatan Mentarang.
Dari udara, terlihat luapan air yang berasal dari hulu Sungai Sesayap, yaitu Sungai Krayan, Sungai Malinau, dan Sungai Mentarang merendam rumah-rumah penduduk dan juga lahan pertanian.
Ia mengatakan sudah berkoordinasi dengan Gubernur dan instansi terkait untuk segera melakukan penanganan banjir di Malinau dan beberapa wilayah lainnya di Nunukan. “Koordinasi dan penanganan tak hanya kabupaten/kota dan provinsi, tapi harus juga melibatkan pemerintah pusat,” ujarnya.
Menurut Wagub ini banjir terbesar yang pernah ia rasakan di Malinau setelah banjir besar pada 1997. Sebab melalui pantauan udara hampir 80 persen desa di Malinau terendam.
Dari pantauan darat, Wagub — yang juga tinggal di Malinau ini — mengatakan hampir semua jalan terendam banjir dan ada yang hingga leher orang dewasa. Dari bandara menuju rumah pribadinya, Wagub berganti tiga alat transportasi, yang pertama menggunakan mobil, kemudian perahu kayu dengan mesin tempel, dan perahu kecil atau ketinting.
Meski air sudah berangsur surut, ia mengimbau warga agar tetap hati-hati dan menjaga diri masing-masing terutama anak-anak dari arus air, binatang, dan aliran listrik.
“Namun, aliran listrik sudah dipadamkan dan hanya di RSUD yang menyala, dan air dari PDAM pun tidak bisa beroperasi, jaringan telepon juga kadang ada dan kadang hilang,” katanya.
Hingga saat ini belum ada laporan jumlah warga terdampak akibat banjir di Kabupaten Malinau.
Adapun banjir di Kabupaten Nunukan, BPBD Kalimantan Utara mencatat berdampak terhadap 3.782 warga dan 1.562 unit rumah warga yang tersebar di 38 desa di empat kecamatan yaitu Kecamatan Sembakung Atulai (1.382 jiwa), Kecamatan Lumbis Pansiangan (595 jiwa), Kecamatan Lumbis Ogong (1.712), dan Kecamatan Lumbis Hulu (51 jiwa), demikian demikian Yansen TP.
(Red)