SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Yun Artified Community Art Center, yang didirikan Yince Djuwidja dimaksudkan sebagai jawaban sekaligus ruang bagi dinamika perkembangan senirupa di Indonesia. Disamping berfungsi pula sebagai penunjang sarana seni yang dapat diapresiasi untuk umum layaknya art center.
Dengan memiliki luas ruang pameran seluas 1584 meter persegi, yang terdiri dari 3 lantai untuk pameran dan 1 lantai untuk workshop, selain memiliki ruang perpustakaan. Adapun kegiatan Yun Artified Community Art Center yang berlokasi di jalan Katamaran Permai 3 No.35, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, adalah art workshop seperti kelas Chinese Calligraphy, Chinese Ink Painting, Canvas Painting with oil or acrylic, Clay-Sculpting dan Brush Pen Calligraphy.
Yun Artified Community Art Center pun akan mengadakan 2-3 kali pameran dalam setahun yang dikurasi oleh senior kurator senirupa Indonesia ternama, Jim Supangkat. Bahkan ada salah satu program dari Yun Artified adalah Art Advisory yang akan memberi berbagai solusi seperti sistem penyimpanan karya seni yang benar, mencocokkan karya seni dengan ruangan, membangun database online untuk koleksi karya seni dan merekomendasikan karya seni sesuai budget melalui database yang terdiri oleh seniman established dan emerging.
Yun Artified Community Art Center akan diresmikan 18 Januari 2019 nanti, dengan didampingi pameran khusus karya Yince Djuwidja dan karya Zheng Lu, seniman sculpture dari Beijing, China. Sedangkan pada 19 Januari 2019 akan diadakan acara berkarya bersama antara seniman Indonesia dengan seniman China untuk menghasilkan satu karya ukuran besar.
Yince Djuwidja berharap dengan hadirnya Community Art Center akan memberi warna baru dalam mendukung kegiatan seni rupa di Indonesia. Disamping tentunya untuk meningkatkan wawasan, pengetahuan dan apresiasi terhadap seni visual dengan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi komunitas seni rupa.
Dengan dipilihnya Jim Supangkat sebagai kurator tetap di Yun Artified Community Art Center diharapkan akan dapat membagikan pengalamannya tidak hanya kepada seniman-seniman muda namun juga kepada masyarakat yang butuh referensi sejarah seni rupa Indonesia.
Seperti diketahui Yince Djuwidja telah mendirikan Indonesia-China Art Association (ICAA) pada tahun 2013, sebuah organisasi nirlaba berbasis keanggotaan, terdiri dari sejarawan seni, sarjana, kurator, kritikus, kolektor, pendidik, dan penerbit seni yang mempromosikan dan mendukung kesenian Indonesia dan China. ICAA juga menjadi wadah penghubung antara Asosiasi Seni Indonesia dengan Assosiasi Seni China dan di manca negara dalam sektor seni rupa.
Selain mempromosikan seni dan mendukung seniman, tujuan dan misi ICAA adalah untuk memberikan kesempatan bagi komunitas lokal dan masyarakat umum untuk mendapatkan pendidikan seni melalui pameran dan program penukaran berbagai kesenian dengan China.
ICAA pertama kali menyelenggarakan pameran karya lukisan dari seniman Indonesia dan Internasional yang berjudul “Hikayat Air” yang merupakan sebuah dialog awal seni rupa Indonesia dan China yang berlokasi di Museum Nasional Jakarta. Pameran ini dikuratori oleh Agus Dermawan T. (Indonesia) dan Yan Ding (China), diselenggarakan pada tanggal 19 sampai 25 Oktober 2014, dan dibuka oleh Duta Besar China, Mr. Xie Feng, untuk Indonesia.
Pada 24 September – 15 Oktober 2017 lalu, ICAA berhasil mendapatkan suatu kehormatan membawa seniman Indonesia dengan fasilitas ruang khusus atau bisa disebut dengan paviliun Indonesia pada Beijing International Art Biennale (BIAB) ke-7, pada kategori Special Exhibitions, berlokasi di National Art Museum of China, Beijing. Pada pameran tersebut karya-karya dari anak bangsa mendapat perhatian khusus dari pengunjung China dan manca negara.
(pung; foto ist