SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-The 13th Festival film tahunan Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) kembali merayakan sinema Asia Pasifik di sejumlah lokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta, 27 November hingga 4 Desember 2018, dengan mengusung tema “Disruption”.
Disruption menempatkan film festival ini sebagai usaha bertindak terhadap sejumlah perubahan yang melanda benua Asia dalam satu dekade terakhir, baik yang mencakup bencana alam, kemelut politik, tragedi kemanusiaan dan juga perubahan teknologi tersebut secara masif telah membentuk lansekap sosial dan budaya di Asia.
“Kami ingin mengajak untuk mengikis bias masing-masing dengan cara menonton sinema Asia. Harapannya bisa lahir visi-visi baru tentang masyarakat dan budaya Asia. Tema ‘Disruption’ ini bukan perkara menanggapi perubahan, melainkan soal meretas perubahan itu sendiri,” ucap Budi Irawanto, President JAFF tahun ini.
JAFF selanjutnya memilih film “Umi O Kakeru” (“The Man from the Sea”) sebagai film pembuka festival mereka tahun ini. Disamping JAFF akan menghadirkan 124 judul film yang akan ditayangkan di sejumlah bioskop dan luar bioskop di Yogyakarta. Sejumlah program andalan JAFF, seperti Asian Feature, Light of Asia, Asian Perspective, JAFF Indonesian Screen Awards, dan Open Air Cinema akan memastikan kemeriahan festival yang akan berlangsung selama seminggu ini.
“Umi O Kakeru”, film berbahasa Jepang, Indonesia dan Inggris ini merupakan karya terbaru sutradara asal Jepang, Koji Fukada, setelah film terakhirnya, “Harmonium,” mendapatkan penghargaan Un Certain Regard Jury Prize di Cannes Film Festival pada tahun 2016.
Film drama ini berdurasi 107 menit dan dibintangi oleh Dean Fujioka, Mayu Tsuruta, Sekar Sari dan Adipati Dolken. “Umi O Kakeru” bercerita tentang kehidupan di Banda Aceh yang tiba-tiba kedatangan seorang juru selamat tak bernama (Dean). Ia kemudian dikenal sebagai Laut. Seorang pekerja sosial bernama Takako (Mayu) mendengar soal Laut dari Ilma (Sekar), seorang
wartawan yang tengah bertugas di Banda Aceh.
Namun, terlepas dari kemagisan Laut, film “Umi O Kakeru” ini meletakkan fokusnya kepada drama kehidupan Ilma yang kemudian bersahabat dengan putra Takako yang bernama Takashi (Taiga). Ilma sendiri baru saja mengakhiri hubungannya dengan Chris (Adipati), yang juga berteman dengan Takashi. Chris sendiri sebenarnya menyimpan perasaan kepada Sachiko (Junko Abe), sepupu Takashi yang tengah berkunjung pertama kalinya ke Indonesia.
Disamping itu, sutradara sekaligus pendiri JAFF Garin Nugroho yang menjadi sorotan dalam program Focus on Garin Nugroho, yang akan menayangkan sejumlah film terbaik dari Garin.
Selain program pemutaran film, JAFF juga memiliki spesial program diantaranya Art for Children, Public Lecture, dan Forum Komunitas. Tahun ini JAFF memiliki program baru pada kategori spesial program yaitu JAFF Education yang berisi workshop penulisan skenario bersama Ernest Prakasa, kelas akting bersama Reza Rahadian, dan beberapa program Masterclass yang berhubungan dengan teknis pembuatan film.
Dan salah satu suguhan spesial dalam negeri yang akan hadir di JAFF tahun ini adalah “Keluarga Cemara,” sebuah film karya Yandy Laurens yang diadaptasi dari sinetron yang sangat populer di Indonesia pada tahun 1996 hingga 2005. Produksi terbaru Visinema Pictures ini dibintangi oleh Ringgo Agus Rahman dan Nirina Zubir yang berperan sebagai Abah dan Emak.
Kehidupan mereka yang baik-baik saja terpaksa harus berubah karena suatu masalah yang menimpa Abah. Anak-anak mereka, termasuk Euis (Zara JKT 48) dan Cemara atau Ara (Widuri Puteri), harus pindah sekolah dan menyesuaikan diri dengan keadaan barunya. Sesuai latar lagu ikonik “Harta Berharga” yang dinyanyikan ulang oleh Bunga Citra Lestari, produser Anggia Kharisma menjelaskan bahwa film “Keluarga Cemara” mengangkat nilai-nilai kehidupan dari pengalaman sehari-hari.
“Film ini menghargai kebersamaan keluarga sebagai harta yang paling berharga dan mengajak penontonnya untuk selalu bersyukur dalam keadaan apapun,” ujar Anggia.
Terpilihnya film “Keluarga Cemara” dalam program penayangan di JAFF merupakan kesempatan lebih awal untuk menyaksikan film ini sebelum nantinya tayang secara umum pada tanggal 3 Januari 2019.
Sebagai festival film terbesar di Indonesia, tahun ini JAFF turut diramaikan oleh 27 negara yakni Australia, Bangladesh, Bhutan, Bosnia, China, East Timor, India, Indonesia, Iran, Irak, Israel, Italia, Jepang, Kazakhstan, Kyrgyztan, Malaysia, Myanmar, Nepal, Philipina, Singapura, Korea Selatan, Srilanka, Switzerland, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan USA.
“Sebagai sebuah festival yang dinamis, perkembangan secara program pun terus dilakukan. Tahun ini, secara resmi JAFF meniadakan program Asiam Doc yang berfokus kepada dokumenter di Asia dan menggabungkan ke dalam program Asian Perspective untuk program non kompetisi. Sementara untuk program kompetisi, masih sama seperti tahun lalu JAFF terbagi ke dalam kompetisi JAFF atau Asian Feature, lalu ada kompetisi NETPAC dan
Geber Award”, tutup Ismail Basbeth selaku Program Director JAFF.
(tjo; foto dok