SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, tengah menghadapi bencana hidrometeorologi berupa banjir dan longsor yang meluas hingga merusak infrastruktur dan mengancam keselamatan warga. Bencana ini, yang disebabkan oleh cuaca ekstrem serta kerusakan ekosistem di daerah hulu, menjadi perhatian serius berbagai pihak.
Anggota Komisi IV DPR RI, Slamet, dalam sesi interupsi Rapat Paripurna di Gedung Nusantara II, DPR RI, Kamis (5/12/2024), mengkritik kerusakan lingkungan di kawasan hulu sebagai penyebab utama bencana tersebut.
“Bencana longsor dan banjir di Sukabumi bukan semata-mata karena cuaca ekstrem, tetapi juga akibat kerusakan ekosistem di daerah hulu. Banyak kawasan hutan yang dulunya subur kini gundul dan terlantar,” ujar Slamet, legislator dari Dapil Jawa Barat IV.
Kerusakan Hutan Hulu dan Lahan HGU
Slamet menyoroti buruknya pengelolaan lahan Hak Guna Usaha (HGU), termasuk milik perusahaan negara seperti PTPN, yang dinilai turut memperparah degradasi lingkungan. Kawasan yang sebelumnya produktif sebagai kebun karet atau tanaman keras kini banyak yang berubah fungsi atau dibiarkan tidak terurus.
“Saya mendesak pemerintah untuk segera mengambil langkah serius, termasuk reboisasi dan penertiban penggunaan lahan, demi mengembalikan fungsi kawasan hutan di hulu,” tegas Slamet dari Fraksi PKS.
Dampak yang Semakin Luas
Berdasarkan data terbaru, dampak bencana di Sukabumi terus meluas. Awalnya hanya 22 kecamatan terdampak, namun kini jumlahnya telah bertambah menjadi 30 kecamatan. Sebanyak 63 titik longsor, 30 titik banjir, 15 titik angin kencang, dan 16 titik pergerakan tanah telah dilaporkan.
Pemerintah Kabupaten Sukabumi menyebutkan bahwa banjir menjadi bencana terparah, sementara longsor mendominasi jumlah kejadian. Kondisi ini semakin memperburuk situasi warga yang kehilangan rumah, kebun, dan harta benda lainnya.
Desakan Bantuan Darurat
Slamet mendesak pemerintah pusat, khususnya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), untuk segera turun tangan memberikan bantuan nyata kepada korban terdampak.
“Bantuan darurat seperti tenda, makanan, obat-obatan, selimut, dan peralatan logistik lainnya harus segera dikirimkan. Warga membutuhkan respons cepat dari pemerintah,” tambah Slamet.
Seruan untuk Melindungi Daerah Hulu
Slamet juga menekankan pentingnya menjaga ekosistem di daerah hulu untuk mencegah bencana berulang. Menurutnya, kerusakan lingkungan di hulu memiliki dampak langsung terhadap masyarakat yang tinggal di daerah hilir.
“Jangan biarkan wilayah hulu terus mengalami degradasi, karena dampaknya akan terasa langsung oleh masyarakat di hilir,” tutupnya.
Dengan koordinasi yang lebih baik dan langkah penanganan cepat, diharapkan dampak bencana dapat diminimalkan, dan warga terdampak mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan.
(Anton)