SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Program vaksinasi pada anak usia 6-11 tahun sedang berjalan bertahap. Selain melindungi anak itu sendiri dari penularan COVID-19, juga turut mencegah penularan kepada anggota keluarga. Terdapat kemungkinan muncul reaksi karena anak ketakutan atau stress karena disuntik.
“Jadi penting sekali orang tua untuk mempersiapkan. Jangan ditakut-takuti,” kata Dokter spesialis anak sekaligus anggota Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia Komite Daerah Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KOMDA KIPI), Mei Neni melalui keterangan resminya, Jumat (24/12/2021).
Dirinya mengatakan anak-anak perlu mendapatkan vaksinasi karena sampai saat ini tercatat 10-12 persen populasi yang terkena COVID-19 di rentang usia ini. Angka tersebut artinya, lebih dari setengah juta anak terinfeksi.
“Dan kalau kita lihat jumlah kematiannya, sampai saat ini mencapai lebih dari 1.000, itu bukan jumlah yang sedikit. Masuknya varian Omicron yang sangat mudah menular di Indonesia, kita sangat khawatir karena anak-anak lebih rentan terhadap varian ini,” kata Mei.
Ia juga mengingatkan, perlunya orang tua selalu mendampingi, karena hal ini bukan hanya masalah kesehatan fisik, namun juga dapat menimbulkan trauma bagi anak. Anak dikatakan Mei harus mendapatkan perlindungan, karena mereka memiliki hak untuk hidup dan bertumbuh kembang.
Selain melindungi anak, vaksin tersebut juga memberikan perlindungan bagi orang-orang di sekitarnya. Mei mengatakan gejala pada anak memang ringan, tapi harus diingat bahwa anak-anak bisa menjadi sumber penularan terutama karena suatu sebab belum bisa divaksinasi.
“Contohnya balita dan lanjut usia dengan komorbid tidak stabil. Karena anak-anak lebih mudah dijangkau, diharapkan cakupan vaksinasinya dapat mendorong segera tercapainya herd immunity dan pencegahan penularan lebih optimal. Cakupan vaksin yang tinggi juga akan menunda terjadinya mutasi pada virus,” kata Mei.
Terkait dimulainya PTM, Mei mengingatkan, bila diselenggarakan tanpa vaksinasi, dikhawatirkan akan terjadi klister di sekolah dan hal ini harus dicegah. Berbeda dengan imunitas yang didapatkan dari infeksi alami.
Mei menjelaskan bahwa vaksinasi lebih terukur dosisnya, jadwal pemberian dan sasarannya juga telah ditentukan. Sedangkan pada infeksi alami, ia katakan, virus tidak terkontrol dan tidak memilih target. Gejala juga lebih bervariasi dan cukup banyak yang menyebabkan kematian.
Vaksin COVID-19 yang digunakan untuk anak 6-11 tahun saat ini yakni Sinovac, dia tegaskan aman dan terbukti bisa mencegah sakit berat. Vaksin ini sudah melalui uji klinis, direkomendasikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM), Indonesian Technical Advisory Group on Inmunization (ITAGI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), serta dinyatakan halal oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Vaksin Sinovac untuk anak 6-11 tahun bisa diberikan di sekolah atau di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes). Karena sejumlah daerah sedang melakukan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), kata Mei, perlu diperhatian untuk berikan jarak minimal 14 hari antara pemberian vaksin COVID-19 dan vaksin lain.
Terkait KIPI, Mei menyebutkan bahwa yang akan dirasakan cenderung ringan seperti halnya imunisasi anak yang lain. Seperti bengkak di lokasi suntikan, nyeri otot, anak mungkin juga merasa lemah.
Mei menyarankan anak untuk istirahat dan minum yang cukup, serta diberikan paracetamol bila di perlukan. Namun ia mengingatkan untuk tidak memberikan obat sebelum penyuntikan vaksinasi. (Akhirudin).