SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Wakil Ketua MPR RI Ahmad Muzani mengharapkan pernyataan-pernyataan yang dilontarkan para elit politik haruslah pernyataan yang memberi optimisme, mencerahkan dan menggembirakan yang akan menunjukkan persatuan di atas segala-galanya.
Memang, tahun ini merupakan tahun politik, tetapi tahun politik tidak boleh membuat suasana kebangsaan kita menjadi pengap, sesak, apalagi sempit, kata Ahmad Muzani saat membuka acara Media Gathering kerjasama Biro Pemberitaan MPR RI dan Kordinator Wartawan Parlemen (KWP), Sabtu (02/12/2023), di Bali.
Media gathering yang kali ini digelar tanggal 2-4 Desember 2023, di Hotel Bintang Kuta, Bali, mengangkat tema Peran Media Dalam Mewujudkan Rumah Kebangsaan MPR RI. Hadir pada acara ini Pelaksana tugas Sekjen MPR RI Siti Fauziah dan Ketua Koordinatoriat Wartawan Parlemen (KWP) Ariawan, Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antar Lembaga Sekretariat Jenderal (Setjen) MPR RI Indro Gutomo, serta 88 wartawan yang sehari-harinya meliput kegiatan di Parlemen.
Murzani berpandangan pernyataan yang mengarah kepada kehidupan kebangsaan, pesannya semakin sempit bahkan semakin rumit.
Betul dalam proses pesta demokrasi waktunya memberi pengaruh besar kepada rakyat untuk menentukan pilihan – pilihannya. Tetapi terkadang pandangan- pandangan itu seringkali membuat suasana terasa hangat bahkan panas.
“Saya percaya bahwa elit-elit politik memiliki cakrawala dan cakra pandang yang begitu luas tentang masa depan bangsa.Tetapi dalam pandangan kami, harus di jaga suasana kebangsaan kita yang harmonis, suasana kebangsaan yang kekeluargaan, ujarnya.
Dia mengingatkan suasana kekeluargaan dan persaudaraan di antara sesama anak bangsa harus dijaga karena dalam sejarah bangsa Indonesia, keruwetan, kerumitan, bahkan persengketaan ujungnya kembali kepada persaudaraan.
“Sejarah bangsa Indonesia ini menunjukkan hal itu berkali-kali, misalnya ketika keruetan tentang nasib negara tidak jelas, akhirnya kita kembali kepada NKRI tahun 50 dan itu selesai, tukasnya.
Ketika keruetan tentang undang-undang dasar dan dasar negara yang tak kunjung selesai, yang disidangkan oleh konstituante pemilu tahun 1955, akhirnya tahun 59 Bung Karno mengeluarkan dekrit presiden dan itu selesai, paparnya sembari mengingatkan kembali beberapa keruetan yang dilalui dapat diselesaikan setelah semua pemimpin bangsa terkumpul kembali untuk memikirkan masa depan Indonesia.
“Kami merasa bahwa ini adalah sebuah proses, bagaimana proses ini semuanya akan berakhir kembali pada satu meja, itulah meja pemimpin bangsa Indonesia, tukasnya.
Murzani berharap para wartawan yang terus mengikuti kegiatan dan pemberitaan politik di seputar Senayan (MPR/DPR/DPD) bisa menyajikan sebuah cara pandang yang lebih edukatif dan prespektif tentang kehidupan kebangsaan kita.
Itu sebabnya hari ini rumah kebangsaan MPR harus semakin kokoh dan harus semakin kuat, ujarnya.
Pemilu, lanjutnya, tinggal sebentar lagi dan siapapun yang akan menjadi pemenang pemilu harus merangkul sesama anak bangsa. Kalau di antara para pemimpin politik kita kemudian melakukan tindakan-tindakan seperti itu, terutama bagi mereka yang akan menang, suasana tentu akan melegakan kehidupan demokrasi kita.
Demokrasi kita adalah demokrasi Indonesia, dan yang berlaga adalah sesama anak bangsa.Yang bertanding adalah sesama saudara kita.
Calon presiden dan wakil presiden adalah orang – orang yang menjadi bagian dari perekat bangsa Indonesia. Setelah itu selesai, semuanya akan kembali kumpul dalam ikatan Indonesia Raya.
“Itulah yang menjadi sejatinya dalam proses kebangsaan kita dan itu tidak akan kemana-mana,” yakinnya.
Murzani mengungkapkan bahwa dirinya pernah bicara dengan Duta Besar Amerika Serikat di Jakarta.
Dubes AS itu heran kenapa di antara partai-partai di Indonesia, ada partai penguasa ada partai koalisi bisa duduk bareng atau bersama, bisa buka puasa dan ngobrol bareng .
Itu keheranan bagi Dubes, bagaimana proses tradisi itu terjadi di Jakarta. Pasalnya
di AS itu tidak terjadi.
Antara Partai Republik dan Demokrat tidak akan saling ketemu untuk bersantap bareng, apalagi bersanda gurau, tidak mungkin itu terjadi di Amerika, itu kata Dubes AS di Jakarta.
Karena itu apa yang terjadi dalam proses politik guna upaya meyakinkan rakyat adalah bagian dari proses politik saja.
“Saya percaya bingkai pers, bingkai pemberitaan yang kawan-kawan semua sajikan adalah bingkai yang menunjukkan persatuan, kesatuan penguatan demokrasi bagi kita semuanya, pungkasnya.
(Anton | Foto: Anton)