SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Goa sarang walet warisan keraton mataram. Di temukan sejak tahun 1882, di tebing Suwuk, Karang Bolong, Kebumen.Pada masanya merupakan komoditi yang menguntungkan bagi kerajaan mataram. Seiring pihak belanda mencari sumber alam sebagai upeti.
Adalah Kasirin, penjaga terakhir goa sarang walet tersebut. Hanya berdiri satu bilah bamboo dan se utas tali tambang yang menopang nyawanya dari curam. Bertengger tinggi 25 meter keatap goa, 10 meter menjulang ke bawah dari bibir gelombang air. Kemudian siap meniti kedalam sepanjang 50 hingga 200 meter dari mulut goa.
Licin, gelap, dan pengap dengan sedikit udara yang tersisa. Kasirin acap kali berpatroli kedalam goa. Saat siang hingga pagi menjelang. Pastikan tiada satupun sarang berkurang. Mengingat populasinya nyaris punah. Bukan saja satu atau dua pencuri, bahkan lebih. Sambang mengincar sarang saat musim badai reda.
Namun taklah dia bersedia pensiun, karena menjadi kuncen, sejatinya sumpah yang sudah mendarah daging didalam urat nadinya. Dari leluhur hingga bapak. Secara turun temurun, kemudian disematkan padanya, sebagai abdi dalem keraton penjaga terakhir goa sarang walet.
Hanya lafal dan doa si embok sepuh, yang senantiasa menyertai dalam bertugas. Di setiap langkah waktu dan jengkal laku hidupnya. Kedua teman paruh baya tentu turut berjaga diatas tebing, memastikan situasi aman bila larut malam, hingga pagi mengetuk mata. Tiada cemas, gelisah, apalagi takut. Kerena tugas, semua menjadi hal yang biasa dalam keseharian.
Cukup “ Gusti paraning dumadi, sing ngaturke, le manungso sing jogo lelaku amanate”. Begitu cibirnya. Sambil terus memancing di pinggir tebing. Saat cahaya matahari kuning tenggelam hingga pagi menjelang.
(Tunggulr)