SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Maraknya bisnis belanja online menjadi tantangan yang harus segera diantisipasi oleh semua pelaku bisnis ritel. Penyesuaian terhadap perkembangan pun harus dipikirkan dengan matang, bukan hanya sekedar dengan merubah bisnis model. Oleh karena itu dibutuhkan strategi baru untuk mengembangkan bisnis ritel sesuai dengan perkembangan zaman yang serba digital saat ini yakni melibatkan faktor luar dalam mengambil keputusan bisnis seperti strategi omni-channel marketing dimana terdapat interkoneksi aktivitas bisnis secara online dan offline.
“Bukan hanya menjalankan bisnis secara online dan offline saja, melainkan dibutuhkan omni-channel marketing karena konsumen cenderung mengkombinasikan aktivitas di toko online dan offline sebelum melakukan pembelian. Kadang mereka review produk secara online, lalu ke toko offline untuk membeli. Sehingga kegiatan marketing antara online dan offline yang terintegrasi sangat dibutuhkan,” papar Prof. Agus W. Soehadi selaku Dekan School of Business & Economics Universitas Prasetiya Mulya, dalam talkshow Branding Update yang digagas oleh S1 Branding Prasetiya Mulya dan bekerja sama dengan Indonesia Branding Association (IBA) ini.
Dalam kesempatan sama Krisetiadi Purwanto selaku Product Leadership Director Nielsen Indonesia menjelaskan, bahwa menurut hasil riset The Nielsen Company Indonesia, penetrasi internet yang luar biasa membuat daya beli masyarakat Indonesia kian mengalami transisi dari yang mengutamakan belanja produk menjadi mendahulukan belanja pengalaman. Dimana dari hasil riset terhadap 1500 responden rumah tangga di Indonesia, konsumen masa kini lebih cenderung menghabiskan dana untuk rekreasi dan gaya hidup ketimbang untuk konsumsi fast moving consumer goods (FMCG).
Jadi, semakin jelas terjadi transisi daya beli masyarakat karena konsumen yang semakin cerdas. Kegiatan berbelanja kini bukan semata hanya sebatas pada proses membeli kebutuhan, tetapi konsumen menuntut adanya pengalaman yang ‘lebih’ ketika mereka berbelanja. Dan konsumen saat ini melihat social currency yang akan didapat ketika melakukan pembelian terhadap suatu brand. Peritel harus mengedepankan pengalaman dan interaksi dalam setiap touch point dengan konsumennya, saran Jessica Carla selaku Chief Marketing Enabler startup Anterin.
Bahkan Direktur Jakarta Aquarium Hans Manansang menekankan perlunya pendekatan personal kepada konsumen, sebagai EPIC Point. Peritel harus menawarkan engagement, personalisation, interaction, dan convenience atau EPIC point ke sisi pengunjungnya.
Sebagai upaya untuk meningkatkan kembali performa dari bisnis ritel di Indonesia, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (APRINDO), Roy N. Mande menegaskan bahwa industri tidak mati asalkan pebisnis mau menyesuaikan bisnis modelnya guna menyiasati industri ritel yang sedang under perform.Penyesuaian ini yang harus dilakukan.
(tjo; foto ist