SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno menilai setiap partai selalu ada figur seperti Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Arief, yang berposisi sebagai striker tunggal yang siap bertarung di barisan depan.
”Fungsi striker banyak. Salah satunya untuk menyerang lawan politik secara sporadis. Secara politik boleh saja, namun paradoks jika amunisi diskursus yang dibangun dengan hoaks,” kata Adi Prayitno, menanggapi kasus cuitan 7 kontainer suara tercoblos oleh Andi Arief di Jakarta, Selasa (8/1/2018) malam.
Adi menyesalkan diamnya Ketum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam kasus cuitan 7 kontainer suara tercoblos tersebut. Namun Adi menilai diamnya SBY juga merupakan
strategi politik baru Demokrat dengan membangun hoaks.
“Strategi atau serangan politik hoaks atau kebohongan justru kontraproduktif dan paradoks dengan politik SBY dan bisa merugikan Demokrat,” tegas Adi.
Strategi itu kata Adi, karena kesantunan politik SBY selama ini tak cukup untuk mempertahankan eksistensi dan elektabilitas Demokrat. Karenanya, kecenderungan arah mata angin politik 2019 tak memihak Demokrat.
“Karenanya, perlu strategi lain yang lebih nendang ke publik,” ujarnya.
Selama ini lanjut Adi, Demokrat cenderung bermain aman, namun kini menggunakan strategi ganda. “Di satu sisi tetap berteguh pada narasi ketokohan SBY yang santun dan cool. Tapi, di sisi lain menyerang sebagai bagian peneguhan eksistensi Demokrat,” tambahnya.
Adi berpendapat wajar apabila SBY diam dalam kasus cuitan Andi Arief tersebut. “Dengan kasus Andi Arief itu, maka Demokrat banyak dibicarakan publik, dan dengan begitu publik diharapkan bisa dikonsolidasi untuk memilih Demokrat di pemilu 2019,” ujarnya.
Selama ini lanjut Adi, Demokrat cenderung bermain aman, namun kini menggunakan strategi ganda. “Di satu sisi tetap berteguh pada narasi ketokohan SBY yang santun dan cool. Tapi, di sisi lain menyerang sebagai bagian peneguhan eksistensi Demokrat,” tambahnya.(Bams)