SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Pemeriksaan kadar sitokin dari spesimen swab saluran nafas atas atau nasofaring dan orofaring dapat menjadi alternatif pemeriksaan awal (skrining) yang lebih tidak invasif, murah, dan mudah dilakukan dibandingkan dengan sitokin di dalam sampel darah.
Sitokin adalah protein yang berfungsi sebagai pembawa pesan kimia dalam sistem kekebalan tubuh kita. Sistem kekebalan tubuh kita merupakan suatu jejaring dengan beberapa bagian yang bekerja sama untuk melindungi tubuh dari ancaman, seperti mikroorganisme yang membuat sakit. Sistem imun kita mengandung sel kekebalan untuk melawan patogen yang menyerang seperti virus dan bakteri, alergen, dan zat lainnya ke dalam tubuh.
Belum lama ini dilakukan penelitian mengenai pengaruh sitokin dan mikrobiota di saluran napas atas oleh seorang staf pengajar dari Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Dr.dr. Angky Budianti, Sp.MK (K).
Menurutnya, proporsi keberadaan spesies bakteri anaerob patogen Prevotella buccae dan Prevotella disiens di saluran nafas atas, lebih tinggi bermakna pada pasien Covid-19 ringan, dibandingkan dengan Covid-19 berat. Proporsi keberadaan spesies bakteri aerob patogen di saluran nafas atas tidak berbeda bermakna antara pasien Covid-19 ringan dengan Covid-19 berat.
Keberlimpahan genus Alloprevotella, Neisseria, Fusobacterium, spesies Fusobacterium periodonticum, Fusobacterium nucleatum dan Porphyromonas gingivalis lebih tinggi bermakna pada pasien Covid-19 ringan, dibandingkan dengan Covid-19 berat. Sedangkan keberlimpahan genus Streptococcus, lebih tinggi bermakna pada pasien Covid-19 berat, dibandingkan Covid-19 ringan.
Dr. Angky, menjelaskan, Covid-19 merupakan penyakit penyebab pandemi pada akhir 2019. Perbedaan manifestasi klinis pada infeksi SARS-Cov-2 ini memicu banyak pertanyaan di kalangan dokter klinisi dan peneliti medis.
“Perbedaan klinis Covid-19 tersebut dapat dipicu oleh faktor pejamu, patogen maupun lingkungan. Infeksi SARS-CoV-2, terutama masuk melalui saluran nafas atas, tempat kolonisasi mikroba komensal dan patogen,” ujarnya kepada suaraindonews.com.
Dikatakannya, bagaimana interaksi antara mikroba yang berkolonisasi di saluran napas atas dengan SARS-CoV-2 dalam menimbulkan respons inflamasi di saluran napas atas, masih belum diketahui secara jelas.
Penelitian yang dilakukannya ini bertujuan menganalisis hubungan antara karakteristik mikrobiota, serta rasio kadar sitokin pro dengan anti inflamasi dari saluran nafas atas dengan beratnya Covid-19.
Sitokin pro inflamasi memicu atau meningkatkan peradangan. Sedangkan anti inflamasi menghentikan ataupun mengurangi peradangan.
Hal hasil, ujar Angky, penelitiannya mendukung adanya hubungan antara rasio sitokin TNF alfa dengan IL-10 dan karakteristik mikrobiota di saluran nafas atas dengan beratnya Covid-19 pada pasien dewasa.
Dirinya menyarankan, diperlukan studi lebih lanjut untuk memeriksa mekanisme bagaimana komposisi mikrobiota di saluran napas atas dapat mencegah beratnya Covid-19 dan komposisi bakteri seperti apa yang yang nantinya dapat digunakan sebagai kandidat regimen untuk memodulasi komposisi mikrobiota di saluran napas atas.
Diterangkannya, Covid-19 merupakan penyakit penyebab pandemi yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrom coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Total kasus Covid-19 di dunia hingga 24 Mei 2023 adalah 766.895.075 kasus, yang tersebar di 235 negara.
Jumlah kematian akibat Covid-19 di seluruh dunia adalah 6.935.889 kasus. Orang lanjut usia (lansia) dan dengan penyakit penyerta memilikĺi risiko lebih tinggi untuk terinfeksi SARS-CoV2 dan menjadi berat atau meninggal.
Gejala tersering Covid-19 adalah demam, batuk kering dan lemas. Gejala yang jarang adalah hidung tersumbat, nyeri kepala, konjungtivitis, nyeri tenggorok, diare, kehilangan penciuman dan pengecap, kemerah-merahan di kulit, perubahan warna di jari tangan atau jari kaki.
Gejala tersebut umumnya ringan dan muncul secara bertahap. Sekitar 80% pasien sembuh dari Covid-19 tanpa perlu perawatan rumah sakit dan satu dari lima pasien Covid-menjadi sakit berat dan sesak nafas.
Pada pasien Covid-19 terbagi beberapa manifestasi klinis amsitomatik atau tidak bergejala, kemudian ada yang ringan, sedang, berat dan ada juga kritis yang meninggal, lanjut Angky.
Ditambahkannya, sekarang kondisi Covid-19 sudah mulai turun, hanya sedikit kasusnya dan sedikit yang sampai dirawat di rumah sakit. Saat Covid-19 varian delta, seringkali ditemukan kasus berat hingga banyak yang mengalami kematian.
Sekarang kondisinya sudah banyak yang ringan. Atau ringan saja seperti flu biasa. Ada juga orang-orang tertentu menjadi berat bahkan meninggal, namun sekarang sudah relatif jarang ditemukan
“Pasien-pasien seperti itu yang harus diwaspadai. Kita bisa lebih awal mencegah. Seperti penelitian yang kita lakukan pada sitokin dan mikrobiota di saluran nafas atas. Diharapkan pada pasien yang diduga Covid-19, dapat diambil satu kali sampel swab di awal sakit, untuk pemeriksaan PCR atau antigen sebagai pemeriksaan penunjang diagnosis covid-19, sekaligus dapat diperiksa untuk sitokin dan profil mikrobiotanya. Namun demikian, perlu penelitian lanjutan secara bertahap untuk mengkonfimasi hal tersebut hingga kemudian dapat diterapkan pada tataran klinis” terangnya.
“Penelitian mengenai patogenesis Covid-19 sangat diperlukan karena akan menjadi dasar untuk pengembangan anti virus dan vaksin,” tandas dokter Angky yang juga bertugas di RS Premier Bintaro, Kota Tangerang Selatan dan RS Sari Asih Ciledug, Kota Tangerang, Provinsi Banten.
Terakhir, dokter Angky memberi tips sehat, vitamin C, D dan E diperlukan untuk menghindari penyakit saluran pernafasan atas. Karena, vitamin tersebut mampu meningkatkan status imun dan dapat menangkal radikal bebas. Selain itu akan membantu melawan infeksi bakteri ataupun virus.
“Jangan lupa berolahraga minimal 30 menit per hari. Jalan kaki, berenang, senam dan sebagainya, akan meningkatkan kinerja jantung, paru dan otot kita dan melancarkan peredaran darah,” sarannya menutup pembicaraan. (Ahmad Djunaedi)