SUARAINDONEWS.COM, Jakarta — Dunia penerbangan nasional menorehkan sejarah baru. Maskapai Pelita Air sukses melakukan penerbangan perdana rute Jakarta–Bali menggunakan bahan bakar berkelanjutan berbasis minyak goreng bekas atau Used Cooking Oil (UCO).
Bahan bakar inovatif ini diproduksi oleh PT Pertamina (Persero) dengan label Sustainable Aviation Fuel (SAF). Kehadirannya dinilai mampu memangkas emisi karbon, menghasilkan energi bersih, dan memperkuat komitmen Indonesia dalam transisi menuju energi ramah lingkungan.
Dukungan Pemerintah dan Program Asta Cita
Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana, yang mewakili Menteri ESDM, menegaskan penerbangan ini sejalan dengan program prioritas Presiden Prabowo Subianto.
“Ini adalah program Pak Presiden, **Asta Cita harus terus kita laksanakan. Ketahanan energi, dan untuk yang ini tidak hanya ketahanan energinya, tapi juga swasembadanya. Jadi kemandiriannya juga semakin kuat,” ujar Dadan dalam keterangan tertulis, Jumat (22/8/2025).
Menurutnya, SAF dari jelantah bukan hanya mendukung ketahanan energi, tetapi juga membangun kemandirian energi nasional, karena bahan bakunya berasal dari limbah domestik yang mudah diperoleh di dalam negeri.
Pertamina dan Inovasi Energi Bersih
Pertamina menjelaskan, SAF berbasis UCO diproduksi melalui teknologi canggih yang mampu mengolah minyak jelantah menjadi bahan bakar berkualitas tinggi sesuai standar penerbangan internasional.
Dengan langkah ini, Indonesia resmi bergabung dengan negara-negara yang sudah lebih dulu mengadopsi biofuel untuk sektor penerbangan.
Pihak Pertamina menegaskan, keberhasilan uji terbang SAF bersama Pelita Air membuka peluang besar untuk:
- Mengurangi emisi karbon di industri penerbangan.
- Menciptakan rantai pasok baru berbasis limbah rumah tangga dan restoran.
- Mengurangi ketergantungan pada impor energi fosil.
- Mendukung target pemerintah mencapai Net Zero Emission 2060.
Langkah Penting untuk Masa Depan Transportasi Udara
Uji coba penerbangan Jakarta–Bali dengan SAF menjadi tonggak penting bagi Indonesia dalam membangun transportasi udara berkelanjutan. Jika diadopsi secara masif, penggunaan SAF dapat menekan dampak lingkungan dari penerbangan sekaligus menjadikan limbah jelantah bernilai ekonomi tinggi.
Penerbangan perdana Pelita Air dengan bahan bakar jelantah bukan hanya inovasi teknologi, tetapi juga wujud nyata komitmen pemerintah dan BUMN energi dalam menghadirkan transportasi ramah lingkungan. Langkah ini menandai awal dari era baru penerbangan hijau di Indonesia.
(Anton)